Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Terkini Diseksi Aorta

JAKARTA – Diseksi aorta adalah robeknya salah satu lapisan pembuluh darah besar yang biasa disebut pembuluh darah aorta. Kondisi ini tergolong serius dan memerlukan penanganan medis sesegera mungkin. Meski bisa menyerang siapa saja, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan faktor risiko terjadinya diseksi aorta, seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, dan usia lanjut.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diseksi aorta, gejala, dan cara pengobatannya, Dr. Dicky Aligheri, Sp.BTKV (K), FIHA, FICA, salah satu dokter bedah toraks kardiovaskular di RS Siloam Lippo Village Karawaci menjelaskan lebih detail. Memahami Aorta

Aorta adalah pembuluh darah terbesar yang membawa darah beroksigen dari jantung dan bertanggung jawab untuk mengedarkannya ke seluruh tubuh. Ada beberapa struktur penyusun aorta, antara lain: a.    Katup aorta: katup pada aorta yang dapat membuka dan menutup untuk mengalirkan darah dari jantung. B.    Akar aorta: Bagian aorta yang menempel pada jantung dan merupakan struktur yang memiliki bagian terluas dari aorta. C.    Aorta asendens: Bagian pertama yang meninggalkan jantung. D.    Lengkungan aorta: Lengkungan di aorta yang menghubungkan aorta asendens dan aorta desendens. e.    Aorta desenden: Bagian aorta yang memanjang dari dada hingga daerah perut. Fungsi aorta

Sebagai pembuluh darah terbesar dan membawa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh, maka fungsi aorta dapat dikatakan sangat penting bagi tubuh, karena selain darah, zat lain seperti nutrisi dan hormon juga dibawa melalui aorta. “Penting bagi kita untuk selalu menjaga fungsi jantung khususnya aorta, agar terhindar dari komplikasi terjadinya gangguan yang mungkin terjadi,” ujar dr. Dicky menyebabkan diseksi aorta

Penyakit ini seringkali disebabkan oleh kelainan pada dinding aorta atau tekanan darah tinggi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan diseksi aorta adalah: a.    Hipertensi (tekanan darah tinggi): Tekanan darah yang konstan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan pada dinding aorta. Hal ini membuatnya lebih rentan terhadap robekan dan sayatan. B.    Penyakit arteri koroner: Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan plak pada dinding arteri, termasuk di aorta. Plak ini dapat menyebabkan rapuhnya dinding aorta dan meningkatkan risiko diseksi. C.    Kelainan bawaan atau genetik: Beberapa kelainan bawaan seperti sindrom Marfan, Turner dan kelainan lain yang mempengaruhi struktur dan kekuatan jaringan ikat dapat meningkatkan risiko diseksi aorta. D.    Cedera atau trauma: Trauma serius pada dada atau perut, seperti kecelakaan mobil atau benturan keras dapat merusak dan menyebabkan kerusakan pada dinding aorta. e.    Penggunaan obat-obatan terlarang: Penggunaan obat-obatan terlarang tertentu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang ekstrim dan melemahkan dinding aorta. F.    Angkat Berat : Bagi yang suka angkat beban, lakukan secara perlahan dan jangan membebani beban yang dilatih secara berlebihan. Ini mungkin salah satu faktor penyebab diseksi aorta

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada penderita diseksi aorta antara lain: a.    Nyeri dada yang parah: nyeri dada yang tiba-tiba dan intens. Nyeri ini biasanya terasa di area dada atau punggung atas dan sering digambarkan sebagai sensasi seperti ditusuk-tusuk. B.    nyeri punggung: nyeri punggung dapat dirasakan di antara bahu atau nyeri menusuk di punggung atas atau bawah. C.    Sesak napas: Pecahnya dinding aorta dapat menyebabkan penumpukan darah di sekitar jantung atau paru-paru sehingga dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan sesak napas. D.    Sakit perut: Jika diseksi aorta melibatkan bagian perut aorta, hal ini dapat menyebabkan sakit perut yang parah. e.    Kelumpuhan ekstremitas: Jika diseksi aorta memutus aliran darah ke ekstremitas (lengan atau tungkai), kelumpuhan atau mati rasa dapat terjadi di area tersebut. F.    Pucat, berkeringat, atau mual: Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang tidak spesifik seperti pucat, berkeringat banyak, atau mual.

“Diagnosis diseksi aorta melibatkan evaluasi medis menyeluruh dan rinci untuk membantu mengetahui kondisi pasien,” kata Dr. Lemah. Beberapa metode diagnostik yang umum digunakan untuk mengidentifikasi diseksi aorta adalah: a.    Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik: Dokter akan mengumpulkan informasi mengenai gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat keluarga yang mengalami kondisi serupa. Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda spesifik seperti tekanan darah di sela-sela lengan, mendeteksi suara abnormal pada jantung atau pembuluh darah, dan juga penilaian umum terhadap kondisi pasien. B.    CT scan (computerized tomography): Tes CT scan menggunakan sinar-X untuk membuat gambar detail struktur tubuh, termasuk aorta. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi robekan atau pemanjangan dinding aorta. C.    MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambaran rinci tentang aorta. Metode diagnostik ini juga dapat membantu mengidentifikasi area robekan atau kerusakan pada dinding aorta. D.    Ekokardiografi (ekokardiografi): Ekokardiografi menggunakan gelombang suara untuk membuat gambaran lengkap tentang jantung dan pembuluh darah. Ekokardiografi membantu menilai struktur aorta dan menentukan adanya diseksi.

Setelah diagnosis diseksi aorta ditegakkan, langkah selanjutnya adalah mengambil tindakan segera untuk memberikan pengobatan yang diperlukan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Berikut beberapa jenis opsi tindakan yang dapat diambil:

1. EVAR (Perbaikan Aneurisma Endovaskular) dan TEVAR (Perbaikan Aneurisma Endovaskular Toraks) invasif minimal adalah prosedur perbaikan diseksi aorta dan aneurisma aorta (pembesaran atau pembengkakan aorta) dengan menggunakan metode bedah endovaskular. Kedua prosedur tersebut dapat digunakan untuk mengobati diseksi aorta, aneurisma aorta abdominalis (EVAR), atau aneurisma aorta toraks (TEVAR).

EVAR adalah prosedur bedah endovaskular yang dilakukan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta perut. “Dalam prosedur ini, kateter yang dilengkapi dengan stent graft (sejenis tabung yang dapat memperkuat dinding aorta) dimasukkan ke dalam arteri di tubuh pasien,” kata dr. Lemah. 

Cangkok stent dipasang di aorta untuk menggantikan, melapisi, dan memperkuat bagian yang rusak akibat diseksi atau aneurisma. Hal ini membantu mencegah pecahnya aneurisma, serta menutup sayatan air mata dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi.

Sedangkan TEVAR digunakan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta toraks, yaitu pelebaran atau pembengkakan pada aorta toraks. Prosedur ini mirip dengan EVAR, tetapi cangkok stent ditempatkan di aorta di daerah dada, tepat di atas diafragma. Ini membantu mengisolasi dan memperkuat aneurisma dan mencegah pecah atau perbaikan lebih lanjut dan robekan diseksi untuk menutup. kata dr Dicky.

Keuntungan utama EVAR dan TEVAR adalah prosedur ini dilakukan menggunakan metode bedah endovaskular, sehingga bedah terbuka yang lebih invasif dapat dihindari. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat mempercepat masa penyembuhan, menurunkan risiko infeksi, dan mempersingkat waktu pemulihan pasien

Namun, penting untuk diingat bahwa EVAR dan TEVAR mungkin tidak cocok untuk semua pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta. Setiap kasus akan dievaluasi secara individual oleh tim medis yang sesuai untuk menentukan apakah intervensi endovaskular merupakan pilihan yang tepat berdasarkan ukuran dan karakteristik aneurisma, serta faktor lain seperti riwayat kesehatan pasien dan kesehatan umum.

Berikut beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pasien yang menjalani prosedur EVAR dan TEVAR: a.    Ukuran Aneurisma: Ukuran aneurisma aorta akan mempengaruhi kesesuaian untuk prosedur EVAR atau TEVAR. Biasanya, aneurisma dengan ukuran tertentu lebih cocok untuk prosedur endovaskular dibandingkan operasi terbuka. B.    Memenuhi kriteria: Diseksi aorta yang memenuhi kriteria EVAR/TEVAR. C.    Status kesehatan umum: Kesehatan umum pasien, termasuk jantung, paru-paru, ginjal dan kondisi lainnya, akan memainkan peran penting dalam menentukan apakah pasien dapat menjalani EVAR atau TEVAR dengan aman. D.    Anatomi vaskular: Struktur anatomi aorta dan arteri terkait juga penting untuk dinilai sebelum melakukan EVAR atau TEVAR. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan penempatan perangkat stent secara efektif. e.    Riwayat kesehatan: Riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat bedah sebelumnya atau kondisi medis kronis lainnya, akan mempengaruhi keputusan dan risiko EVAR atau TEVAR. F.    Kualifikasi Medis: Selain faktor-faktor di atas, pasien juga harus memenuhi kualifikasi medis tertentu untuk menjalani prosedur EVAR atau TEVAR. Ini mungkin termasuk tes tambahan atau evaluasi tindak lanjut sebelum prosedur dilakukan.

Semua faktor ini harus dievaluasi secara cermat oleh tim medis sebelum memutuskan apakah EVAR atau TEVAR merupakan pilihan yang tepat untuk pasien tertentu.

2. Bedah Jantung Terbuka Diseksi aorta dan aneurisma aorta juga dapat ditangani dengan operasi jantung terbuka yang dikenal dengan operasi Bentall. Bentall adalah prosedur bedah jantung kompleks untuk mengganti katup aorta dan mengganti sebagian aorta atau aneurisma yang melemah.  

Proses bedah Bentall melibatkan beberapa langkah, antara lain: a.    Diseksi aorta: Dokter akan membuat sayatan di aorta untuk mendapatkan akses ke katup aorta, bagian aorta yang perlu diganti. B.    Pelepasan katup aorta: Dokter akan mengangkat katup aorta yang rusak atau rusak. C.    Implantasi katup buatan: Katup buatan atau prostetik dipasang untuk menggantikan katup aorta yang dilepas d.    Penempatan cangkok aorta: Cangkok sintetis atau tabung khusus akan dipasang dan dijahit untuk menggantikan bagian aorta atau aneurisma yang melemah.

Operasi bentall biasanya dilakukan pada pasien dengan diseksi aorta dan aneurisma aorta yang mengalami kerusakan signifikan atau penyakit katup aorta parah. Tujuan dari operasi Bentall adalah mengembalikan fungsi normal aorta dan katup aorta, serta mencegah pecahnya aneurisma dan komplikasi serius.

Pasca operasi Bentall, pasien memerlukan pemulihan intensif dan pengawasan ketat oleh tim medis. Terapi pemulihan meliputi manajemen nyeri, pemantauan tekanan darah, rehabilitasi fisik, diet seimbang, dan penggunaan obat-obatan untuk mencegah penggumpalan darah dan mengontrol tekanan darah. Perlu diketahui bahwa operasi ini memiliki faktor risiko seperti infeksi, pendarahan, dan gangguan irama jantung. Keputusan untuk menjalani operasi harus didiskusikan dan diputuskan bersama dengan dokter spesialis yang berpengalaman.

Selain Bentall, Operasi Penggantian Aorta menjadi salah satu pilihan operasi jantung terbuka yang bisa dilakukan. Apabila katup aorta dirasa masih baik, maka cukup dengan mengganti katup aorta seperti Hemiarch dan Total Arch.

Saat ini belum banyak fasilitas kesehatan yang dapat menangani kasus aorta. Namun dengan tim medis yang terlatih dan profesional serta didukung teknologi canggih, RS Siloam Lippo Village Karawaci berhasil menjadi salah satu rumah sakit di Indonesia yang dapat menangani kasus aneurisma aorta secara optimal melalui prosedur minimal invasif atau bedah jantung terbuka untuk mempercepat penyembuhan. membuat lebih baik

“Dalam 2 (dua) tahun terakhir, kami telah berhasil merawat total 27 pasien permasalahan pembuluh darah aorta yang ditugaskan di RS Siloam Lippo Village Karawaci,” kata dr. Lemah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *