Selat Muria merupakan kawasan perairan yang dahulu memisahkan wilayah Jawa Tengah bagian utara dengan Gunung Muria, sebuah gunung api stratovolcano atau berbentuk kerucut, Kudus.
Akibat adanya endapan laut fluvial, Selat Muria menghilang dan wilayah perairan tersebut kini menjadi daratan dan kini menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang.
Diberitakan dari beberapa sumber pada Rabu 20 Maret 2024, sedimen fluvial dari sungai-sungai yang mengalir ke Selat Muria mengakibatkan kedalaman dangkal. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Serang, Sungai Tundang dan Sungai Lucy.
Dulunya merupakan selat, tempat ini dikenal sebagai jalur perdagangan yang sibuk. Dahulu masyarakat yang ingin menuju Kudus atau Demak harus menggunakan angkutan perahu.
Ditemukannya fosil hewan laut di situs arkeologi Kudus, Patiyam, membuktikan bahwa Selat Muria pernah ada. Melalui situs ini banyak ditemukan hewan laut seperti moluska, hiu, penyu, dan buaya dan fosilnya berusia 800.000 tahun.
Pada tahun 1996, seorang ilmuwan bernama Lombard mengungkap keberadaan air laut dari Selat Muria yang masih ada hingga saat ini. Air yang terperangkap di dataran Jawa ini dikenal dengan nama Bledag Kuvu.
Banjir hebat saat ini melanda beberapa wilayah di Jawa Tengah, khususnya Demak dan Kuduz. Hal ini terjadi pada Minggu, 17 Maret, akibat jebolnya bantaran Sungai Irigasi Jratun Seluna di Dukuh Tiga, Desa Ngemplik Wethan, Kecamatan Karanganyar.
Hanya sedikit yang percaya bahwa hilangnya ini menandai awal dari kembalinya Selat Muriya yang telah lama hilang.