Ontario, 5 Mei 2024 – Bagi banyak penggemar mobil, mesin dan knalpot yang menderu-deru adalah simbol tenaga dan performa. Deru mesin yang bertenaga menjadi musik yang enak di telinga mereka.
Namun, penelitian baru yang dilakukan oleh Julie Aitken Shermer, seorang profesor psikologi di Western University Kanada, menunjukkan bahwa kegilaan terhadap kebisingan mungkin lebih dari sekedar hobi.
Dilansir Titik Kumpul Otomotif dari laman Carscoops, Shermer terinspirasi melakukan penelitian tersebut sambil berjalan-jalan dengan anjingnya dan kerap dikejutkan dengan suara keras mobil yang lewat. Ia merasa kebisingan tersebut tidak hanya mengganggu tetapi juga berbahaya bagi hewan dan manusia lain.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Shermer melakukan survei terhadap 529 mahasiswa bisnis Western University. Dalam sebuah survei, dia bertanya kepada peserta bagaimana mereka menyukai mobil yang bersuara keras dan apakah mereka akan mengganti mobilnya agar bersuara lebih keras.
Selain itu, peserta juga menyelesaikan tes kepribadian Short Dark Tetrad (SD4) untuk mengukur tingkat narsisme, sadisme, psikopati, dan Machiavellianisme atau manipulatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan suara mobil yang keras dengan depresi dan psikopati. Artinya, orang yang menyukai mobil berisik berisiko mengalami depresi dan perilaku psikopat.
Shermer berpendapat bahwa orang-orang dengan kepribadian sedih dan emosional dapat menikmati dan senang mengejutkan orang lain dengan kebisingan mobil mereka. Mereka mungkin senang mengancam atau mengganggu orang lain dengan kebisingan mobilnya.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti ukuran sampel yang kecil dan hanya berfokus pada mahasiswa bisnis. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa keinginan terhadap mobil bersuara keras mungkin lebih dari sekadar preferensi pribadi dan mungkin mencerminkan kepribadian seseorang.
Penting untuk diketahui bahwa tidak semua orang yang menyukai mobil berisik adalah seorang sadis atau psikopat. Namun, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang kemungkinan hubungan antara obsesi terhadap mobil bersuara keras dan perilaku manusia.