Titik Kumpul Lifestyle: Perempuan Papua tumbuh subur di era otonomi khusus (otsus). Demikian disampaikan akademisi Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, Daniel Wamsiwor.
“Sebelum kemerdekaan, perempuan di Papua dianggap rentan dan direduksi dalam berbagai hal,” kata Daniel Womsiwor kepada Sentani, Senin, 20 Mei.
Menurut Wamsiwor, perempuan Papua menikmati kesetaraan gender. Atau dalam bahasa Biak disebut Komnis. Dimana perempuan semakin dipandang setara atau setara dengan laki-laki. Tidak ada diskriminasi berdasarkan identitas gender.
“Wanita diciptakan oleh Tuhan, bukan oleh laki-laki, tapi oleh Tuhan. Dan konsep kesetaraan gender dihidupkan kembali pada saat pelaksanaan otonomi khusus. Kemudian muncul perempuan-perempuan tangguh yang berperan dalam pelaksanaan otonomi khusus di Papua, ujarnya kepada Titik Kumpul.co.id, Rabu, 22 Mei 2024.
Pada kesempatan lain, Papua, Kepala Departemen Pengarusutamaan Gender Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana menjelaskan langkah dan upaya partainya dalam mendorong kesetaraan gender.
Menurut Adeltje, pihaknya menekankan pada penguatan aspek sosialisasi dan advokasi. Menurutnya, kedua langkah tersebut harus terus mendorong lebih banyak perempuan Papua untuk berpartisipasi di berbagai bidang.
“Untuk memberdayakan perempuan, kami terus memberikan dukungan, advokasi, komunikasi, informasi dan pendidikan melalui kelompok atau organisasi lokal,” kata Adeltje.
Misalnya di bidang politik, hukum, dan ekonomi, Adeltje mengatakan setiap tahunnya bersama instansi terkait melaksanakan program yang bertujuan agar perempuan terus mempraktikkan kesetaraan gender di Papua.
Namun, Adeltje mengatakan ada kendala dalam pelaksanaan program tersebut. Secara khusus, persoalan koordinasi antarlembaga masih perlu ditingkatkan. Tujuannya agar semua pihak mempunyai komitmen yang sama dalam memberikan kesempatan bagi perempuan Papua untuk berpartisipasi di segala bidang.
Adeltje menilai pemerintah memberikan kekaguman yang luar biasa kepada perempuan Papua yang berpartisipasi dan menduduki posisi strategis. Hal ini dapat membantu mengekspresikan aspirasi perempuan.
“Sehingga kami berharap semakin banyak perempuan Papua yang terlibat dalam ekspresi perempuan sehingga dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak mengenai kondisi perempuan dan anak dan menjadi kebijakan ke depan,” jelasnya.
Diantara perempuan Papua yang menginspirasi perempuan lain dalam otonomi khusus; Yohana Yembise, Profesor Uncen yang kemudian diangkat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak periode 2014-2019.
Selain itu, Fientje Suebu yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru dan Ribka Haluk, Pj Gubernur Papua, Nerlince Wamuar dilantik sebagai Ketua Dewan Rakyat Papua (MRP) masa jabatan 2023-2028 dan Pemkab Jayapura. Sekretaris Daerah Hana S Hikoyabi. Sofia Bonsapia baru saja menjadi Bupati Biak Numfor.