Jakarta – Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen. gen. TNI (Mar) Endi Supardi akhirnya angkat bicara soal tewasnya anak buahnya, Lettu Marinir (Kes) Eko Damara, anggota Satgas Pamtas Mobile RI-PNG, Yonif 7 Marinir TA 2024, yang tewas di kawasan tersebut. operasi, Yahukimo, Papua pada 27 April 2024 .
Menurut Jenderal TNI Endi di Dankormar, almarhum Dirut Eko Damara meninggal bukan karena kekerasan atau penyiksaan, seperti yang diinformasikan pihak keluarga kepada sejumlah media beberapa waktu lalu.
“Pada kesempatan hari ini, sejujurnya saya sampaikan bahwa sebagai Panglima Korps Marinir, saya tidak ingin mengkomunikasikan hal ini kepada media. Saya berusaha mencapai kesepakatan dengan pihak keluarga untuk menyelesaikannya atau melakukan mediasi secara kekeluargaan,” kata Mayjen Dankormar, TNI. (Mar) Endi Supardi di Markas Korps, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin 20 Mei 2024.
Namun seiring berjalannya waktu, pihak keluarga mengambil langkah dengan mengeluarkan pernyataan ke berbagai media online (terkait dugaan kematian tidak wajar). Meski sebelumnya kami telah menyampaikannya kepada keluarga melalui AKP kami, ketika ada sesuatu yang tidak menyenangkan. , ada hal-hal yang Jika ada keraguan, atau ada hal-hal yang kurang berkenan, silahkan berkoordinasi atau datang ke Mabes Korps Marinir kapan saja hasil penyelidikannya, namun alasan mereka terburu-buru karena terburu-buru ” Saya harus ke bandara, dia (keluarga) kembali mengeluarkan pernyataan seperti itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut Dankormar menjelaskan, Kepala Korps Marinir (Dankormar) sendiri mengeluarkan perintah untuk melakukan penyelidikan atas tewasnya Kopral Laut (K) Eko Damara yang ditemukan dalam genangan darah pada 27 April 2024. Dekai Kotis Koramil Pos Kodim 1715/Ruang Kesehatan Yahukimo dengan ruangan terkunci di dalam.
“Jadi, setelah saya mendapat kabar tentang Presiden Eko Damara pada 27 April 2024, saya selaku Panglima Korps Marinir segera memerintahkan jajaran saya untuk membentuk tim investigasi untuk menyelidiki dan mencari tahu penyebab kejadian tersebut,” kata Dankormar.
Perintah Panglima Angkatan Laut tentang pembentukan kelompok penelitian itu terdaftar dengan nomor Sprin/950/IV/2204, tanggal 28. . Eko Damara.
Dari hasil penyelidikan yang dilakukan Tim Reserse Laut TNI Angkatan Laut, lanjut Dankormar, pihaknya mendapat instruksi Kopral Laut (K) Eko Damara telah menembakkan senjata SS2-V1 miliknya di bagian kepala sebelah kanan, hingga mereka dan petugas pelanggaran di sisi kiri atas kepala.
“Jadi saya tekankan sekali lagi, kejadiannya di ruang kesehatan yang pintunya dikunci dari dalam. Karena sebelumnya yang bersangkutan sudah menyuruh dua anggota pasukan khusus yaitu Prajurit Marinir Hasan dan Prajurit Marinir Agus untuk keluar dari ruang kesehatan. karena ruangannya akan dibersihkan oleh Kopral Marinir (K) Eko Damara,” kata Dankormar sambil membacakan laporan tim penyidik.
Kemudian, tepatnya Dankormar, tak lama kemudian, sekitar pukul 13.07 WIB terdengar ledakan dari Puskesmas.
Mendengar ledakan tersebut, Serda Mar Bagus Panutan mencoba melihat ke luar jendela kamar, yang kemudian melihat Eko Damara, presiden petugas, sudah berlumuran darah dengan tubuh menempel di dinding kamar, dan laras SS2. – Senjata V1 dioper ke kiri melewati dada dan ke kanan tangan masih memegang pegangan pistol.
Melihat situasi tersebut, beberapa marinir Indonesia lainnya dari Satgas Pamtas Mobile RI-PNG mencoba memberikan pertolongan pertama dengan mendobrak pintu ruang kesehatan yang sebelumnya dikunci dari dalam oleh Letda Marinir (K) Eko. Damara yang saat itu dipastikan masih hidup.
Kemudian lanjut Dankormar, dengan gerakan sigap, prajurit Satgas Mobile RI-PNG lainnya bersama Dansatgas Letkol Mar Alex Zulkarnaen dan Satgas Pasintel Letjen Mar Andi Subagyo kemudian mengevakuasi Letkol Marinir. Kendaraan (Rantis).
Kemudian pada pukul 13.15 WIB Lettu Laut (K) Eko Damara tiba di RSUD Dekai dan langsung mendapat perawatan medis dari dr. April (Dokter jaga RSUD Dekai). Baru kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, tim medis RS Dekai menyatakan Laut (K) Eko Damara meninggal dunia.
Berdasarkan fakta dan analisa yang diperoleh, tim penyidik menyimpulkan korban bunuh diri dengan senjata SS2-V1 dengan tangan kanan memegang gagang pistol sedangkan tangan kiri memegang senjata dan ujung laras ditekan. Pelipis kanannya dengan kepala miring ke kanan dan menembak dirinya sendiri dengan menarik PIC pistol menggunakan ibu jari kanannya, jelas Jenderal TNI Endi Supardi.
“Jadi sekali lagi saya bawa fakta ini untuk menjawab tudingan yang dilontarkan (keluarga). Jadi tidak benar kalau dikatakan ada lebam di bagian bawah mata, di punggung, ada bekas luka bakar rokok. Ini tidak benar.” Dankormar akhirnya berkata.