Jakarta, Wiwa – Para ilmuwan telah menggunakan teleskop canggih Hubble untuk mengamati planet ekstrasurya tertua yang diketahui ada di luar angkasa. Itu 20 tahun yang lalu.
Bagaimana raksasa gas ini, yang bermassa 2,5 kali massa Yupiter, terbentuk kurang dari satu miliar tahun setelah Big Bang, masih menjadi misteri bagi mereka.
Sekitar 5.600 tahun cahaya jauhnya di konstelasi musim panas Scorpius, planet ini dua kali lebih tua dari Bumi.
Keberadaannya bertentangan dengan gagasan umum tentang asal usul alam semesta.
Namun kini sebuah studi baru yang menggunakan pengamatan dari Teleskop James Webb, sebuah sensor inframerah, hasil kolaborasi antara NASA dan mitra dari Eropa dan Kanada, mengungkap wawasan tentang bagaimana bintang-bintang purba membentuk planet sejak dahulu kala di awal alam semesta.
“Model saat ini memperkirakan bahwa piringan (bahan pembentuk planet) di sekitar bintang berumur pendek, terlalu pendek bagi planet untuk tumbuh,” kata Elena Sabbi, peneliti di NOIRLab National Science Foundation.
Tim Teleskop James Webb ingin mempelajari piringan planet awal dengan menargetkan Awan Magellan Kecil, sebuah galaksi kerdil di dekat Bima Sakti.
Cakram planet adalah awan gas dan debu yang mengelilingi bintang-bintang muda dan akhirnya menyatu menjadi dunia bayi. Galaksi ini berisi gugus bintang yang sangat padat yang dijuluki NGC 346.
Karena gugus tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang sangat berat – ia hanya mengandung sekitar 10 persen unsur-unsur berat yang menyusun Matahari – para ilmuwan menggunakannya sebagai pengganti kondisi di alam semesta awal.
Para ilmuwan mengamati sepuluh bintang di gugus tersebut dan menemukan bahwa mereka masih memiliki piringan besar di usia tuanya.
Hingga saat ini, bintang-bintang purba tersebut diperkirakan kehilangan cakram cahayanya dengan sangat cepat, hanya dalam waktu dua hingga tiga juta tahun. Hasil tim dipublikasikan di Astrophysical Journal.
“Kami melihat bahwa bintang-bintang ini sebenarnya dikelilingi oleh cakram dan melahap materi bahkan pada usia yang relatif muda yaitu 20 atau 30 juta tahun,” jelas pemimpin studi Guido de Marchi di Pusat Penelitian dan Teknologi Luar Angkasa Eropa di Belanda.
Artinya, lanjutnya, planet punya waktu lebih lama untuk terbentuk dan tumbuh di sekitar bintang tersebut.
Inti bintang dianggap sebagai pabrik unsur. Misalnya, inti bintang juga menghasilkan karbon, bahan kimia yang sama yang menjadi dasar kehidupan manusia dan sebagian besar kehidupan di Bumi.
Kemudian, melalui ledakan supernova, inti bintang melepaskan unsur-unsur berat, seperti kalsium di tulang dan zat besi di darah, ke ruang antarbintang. “Nah, perluasan ini menciptakan generasi bintang dan planet baru,” jelasnya.