PON 2024 Bentrok dengan Pilkada Serentak, Dede Yusuf Minta Ketegasan Pemerintah

VIVA – Penyelenggaraan PON 2024 dipastikan berbenturan dengan jadwal pemilihan presiden daerah (Pilkada) serentak di 514 daerah, kota, dan 38 provinsi, termasuk Aceh dan Sumatera Utara yang menjadi tuan rumah PON kali ini.

Komisi

“Pemerintah harus memastikan terbitnya Perpres atau Perintah Presiden untuk mendukung penyelenggaraan PON 2024. Pusat dan daerah harus berkoordinasi terutama dalam hal alokasi anggaran dan pengamanan jadwal,” kata X DNR R.I. wakil ketua panitia. , Wakil Ketua Komite X DPR RI Dede Yusuf Makan Efendi.

PON XXI atau PON Aceh-Sumut 2024 rencananya digelar pada 8 hingga 20 September 2024. Sementara itu, Pilkada Serentak 2024 akan digelar pada 27 November 2024, artinya hanya sekitar sebulan setelah PON 21.

Dede menilai kepastian regulasi pendukung anggaran PON 2024 diperlukan karena memerlukan persiapan dan teknis pelaksanaannya. Contohnya adalah pembangunan lintasan 26 cabang olahraga di kawasan GOR, khususnya pembangunan stadion induk.

“Tadi kami menerima kunjungan DPRD Aceh dan memberikan catatan antara lain belum ada kepastian anggaran dan kesiapan PON Aceh 2024,” kata Dede.

“Pelaksanaan PON saat ini juga harus dievaluasi kembali, mengingat pada tahun 2024 akan terjadi transformasi kepemimpinan nasional dan daerah, karena pilkada langsung rencananya akan diundur pada Oktober hingga September,” lanjutnya.

Dede mengatakan, KPU

Oleh karena itu, kemungkinan besar pasti akan ada kendala dalam pengukuhan tindakan tersebut. Sehingga harus diambil keputusan apa yang harus dilakukan pemerintah terhadap masalah ini, jelas Dede.

Jawa Barat II. Menurut perwakilan Partai Demokrat daerah pemilihan tersebut, kepala daerah yang menjabat tidak mempunyai kekuasaan sebesar gubernur dan bupati/wali kota hasil pilkada. Menurut perkiraan Dede, sebagian besar alokasi anggaran akan digunakan untuk penyelenggaraan pilkada serentak.

Anggaran Pemerintah Aceh dan Pemda Sumut tentu sangat sulit jika diperlukan pembangunan infrastruktur PON, jelasnya.

Padahal tuan rumah membutuhkan anggaran sebesar 2-3 triliun Ro untuk menyediakan sarana dan prasarana PON 2024. Beban anggaran sangat besar.

“Provinsi yang mengirimkan kontingennya ke PON tentu akan menjadi beban, karena dukungan KONI daerah pasti berkurang signifikan,” ujarnya.

Dede pun meyakini para atlet akan dipenuhi ketidakpastian. Karena mereka memerlukan anggaran untuk berlatih.

Akibatnya, tujuan dan jadwal latihan daerah juga diliputi ketidakpastian, kata Dede.

Agar persiapan jelang PON 2024 tidak berjalan lancar, Panitia, kata Dede, akan melakukan persiapan maksimal.

“Salah satu opsi masukannya adalah usulan penyelenggaraan PON pada awal tahun 2025. Tapi namanya tetap PON Aceh-Sumut 2024. Ini masukannya,” ujarnya.

Hal itu terjadi saat PON 2020 di Papua, yang semula rencananya PON digelar pada Oktober 2020. Namun karena adanya pandemi Covid-19, pesta olahraga nasional empat tahunan tersebut digelar pada Oktober 2021. Namun namanya tetap PON Papua 2020.

Dede meminta pemerintah bertindak tegas dan segera membuat peraturan, terutama terkait waktu penyelenggaraan PON 202. Dengan demikian, kejelasan mengenai PON 2024 akan maksimal.

Keputusan ini sangat mendesak karena sangat ditunggu-tunggu, terutama tuan rumah, tegas Dede.

Dalam petunjuk teknis yang disiapkan bersama panitia (Bimtek), Dede mengingatkan, perencanaan harus dilakukan secara matang agar lokasi bisa digunakan setelah selesainya PON.

Selain itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengumumkan tengah membahas cabang olahraga yang akan dimulai pada PON 2024. Kemenpora fokus pada potensi olahraga di masa depan.

“Pastikan PON 21 tidak terhalang persoalan terkait pilkada atau lainnya,” pungkas Dede.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *