Titik Kumpul – Presiden Joe Biden mengakui aksi militer Amerika Serikat (AS) terhadap Yaman yang dimulai pada 12 Januari 2024 belum membuahkan hasil. Memang benar, serangan udara AS, yang didukung oleh Inggris, menghancurkan banyak wilayah di Yaman.
Seperti diketahui, pesawat tempur Amerika berangkat ke Laut Merah untuk mematahkan pengepungan Houthi (Ansar Allah) di Yaman.
Milisi yang dipimpin oleh Abdul Malik Houthi telah berulang kali menyerang kapal komersial yang transit di Laut Merah, termasuk USS Carney (DDG-64).
Merupakan tugas Amerika juga untuk melenyapkan para pendukung Republik Islam Iran, yang mendukung serangan terhadap Houthi. Dalam laporan yang disampaikan Titik Kumpul Military dari Stars & Stripes, pemerintah AS saat ini sedang mempersiapkan rencana militer baru.
Strategi baru tersebut dibuat setelah Biden menyadari serangan 10 hari terhadap Yaman telah gagal. Pengumuman itu muncul ketika Komando Pusat AS (CENTCOM) mengkonfirmasi serangan terbaru terhadap rudal jelajah Houthi.
Biden telah mengesampingkan mandat Biden untuk mengakhiri permusuhan yang meluas atas serangan militer Israel di Jalur Gaza Palestina, dan justru memperburuk situasi.
Iran menyalahkan Israel atas pemboman AS dan Inggris di Suriah dan membunuh para perwira Israel yang bertugas sebagai penasihat militer di Damaskus.
“Apakah mereka (militer AS) menghentikan Houthi? Tidak. Apakah mereka akan melanjutkannya? Ya,” kata Biden, menurut Titik Kumpul Military dari VOA.
Menurut Biden, seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa partainya melanjutkan serangannya di Yaman untuk membatasi pergerakan Houthi.
Pejabat itu mengatakan: “Kami tidak berusaha mengalahkan Houthi. Kami tidak memiliki keinginan untuk menyerang Yaman.”
“Kami memiliki pemahaman yang jelas tentang siapa Houthi dan pandangan dunia mereka. Jadi kami tidak yakin mereka akan berhenti begitu saja, tapi kami pasti akan berusaha meredam dan mengalahkan kemampuan mereka,” ujarnya.