Titik Kumpul – Populasi mobil dan sepeda motor di Jabodetabek terus bertambah dari tahun ke tahun, namun volume kendaraan tidak sesuai dengan kondisi infrastruktur jalan sehingga kemacetan menjadi wabah besar.
Penumpukan kendaraan di jalan raya merupakan situasi yang ditemui setiap hari khususnya di Ibu Kota Jakarta. Penghuni sering kali mengalami waktu perjalanan yang jauh lebih lama dari biasanya saat berkendara.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengurangi kemacetan adalah dengan menerapkan peraturan tertentu pada setiap pemerintah negara bagian. Misalnya di Jakarta, aturan ganjil genap berlaku pada waktu yang berbeda-beda, yaitu Senin hingga Jumat.
Namun kemacetan masih terjadi karena pembatasan kendaraan pribadi didasarkan pada tanggal dan nomor plat. Dengan kata lain, jalan tol dikatakan ingin diterapkan di Singapura.
Cara lain untuk mengurangi kemacetan lalu lintas adalah dengan mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum seperti angkutan kota, kereta MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit).
Dari segi peminat, MRT dan LRT relatif tinggi untuk angkutan umum. Mengingat jarak dan jarak tempuh yang masih terbatas, Presiden Jokowi ingin mengembangkan kedua fasilitas tersebut dalam skala yang lebih besar.
Sebab, kereta api yang beroperasi di dalam kota dinilai akan mengurangi kerugian warga kota yang terjebak kemacetan. Seperti dilansir Jokowi dalam pidatonya di Sekretariat Presiden Ibu Kota Kepulauan (IKN) melalui YouTube.
Pengadaan MRT tahap pertama diumumkan membutuhkan anggaran Rp 1,1 triliun, dan karena pembangunan MRT, LRT, dan kereta kecepatan tinggi tidak menghasilkan keuntungan, biaya operasionalnya pun tidak sedikit.
Mantan Gubernur DKI ini juga mencontohkan MRT Jakarta setiap tahunnya mengeluarkan dana sebesar Rp 800 miliar untuk menutupi biaya operasional, dan perhitungannya, jika semua jalur selesai maka APBD harus mengeluarkan Rp 4 triliun.
“Tapi yang perlu diketahui, kalau tidak ada MRT/LRT/kereta cepat, kita akan rugi Rp 65 triliun setiap tahunnya karena kemacetan. Jabodetabek mungkin sudah bernilai lebih dari Rp 100 triliun. Pilih yang mana? Jokowi: “Beli LRT/MRT/kereta cepat mending beli, kalau tidak Rp 100 triliun per tahunnya hilang karena macet,” ujarnya.
Kerugian orang terjebak kemacetan senilai hingga triliunan rupee; Kesehatan, waktu, biaya operasional seperti bahan bakar yang terbuang dalam berkendara, perawatan kendaraan, dll. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: