Profil JIS: Kandang Persija Jakarta yang Disebut PSSI tak Standar FIFA

Jakarta, VIVA – Persija Jakarta akan bermain di Jakarta International Stadium (JIS) pada liga musim pertama 2024/2025. Hal itu disampaikan Macan Kemayoran saat meluncurkan jersey dan kit terbarunya.

Stadion ini sungguh luar biasa dan akan menjadi kandang kami musim ini, kata Manajer Persija Jakarta Bambang Pamungkas dalam acara tersebut, Rabu malam, 7 Agustus 2024.

Suporter Persija, Jacmania, pun disambut antusias Ketua Umum Dickie Soemarno.

“Akhirnya, kami bisa bermain di sini di kandang kami sendiri. “Tugas kami sebagai tuan tanah adalah menjaga rumah kami,” kata Dickey.

Harapan kita hanya satu, rumah baru, seragam baru, harapan baru. Yang terpenting musim depan kita akan merasakan menjadi juara di stadion ini, lanjutnya. Berikut profil tim tuan rumah Persija JIS di Ligue 1 2024/2025.

Sebelum bernama JIS, stadion yang terletak di Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara ini dikenal dengan nama Stadion Bersih Hum Wibawa (BMW).

Sedianya pembangunan stadion ini direncanakan pada masa pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo, namun pada era Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), pembangunannya sempat tertunda akibat sengketa lahan.

Orang yang meletakkan batu pertama adalah Jarot Saiful Hidayat yang menggantikan Ahok pada 2017 memimpin Jakarta.

Baru di era Anies Basveda dibangun lahan seluas 22 hektare, tepatnya pada 2019. Anies pun mengumumkan nama Jakarta International Stadium.

Pembangunan stadion berkapasitas 82.000 penonton ini akan selesai pada April 2022 dan menelan total anggaran sebesar 4,5 triliun dolar. JIS kemudian dibuka pada 24 Juli 2022 oleh Pemprov DKI Jakarta.

Acara pembukaan berlangsung meriah dengan konser dan laga persahabatan antara Persija Jakarta dan Chonburi FC. Sebanyak 64.000 tiket gratis terjual habis dalam hitungan detik.

Pro dan kontra penggunaan JIS sebagai venue Piala Dunia U-17 2023 sempat ramai diperbincangkan sejak beberapa waktu lalu.

Pro kontra ini muncul setelah Ketum PSSI Eric Tohir menyebut JIS tidak memenuhi standar FIFA, salah satunya kualitas rumput yang digunakan.

“Sudah ada catatan dari FIFA, tapi kenapa saya harus membukanya? Nanti jadi polemik. Mengapa kita memperbaikinya dan membawanya ke standar FIFA, kata Eric dikutip Antara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *