Punya GERD Sudah Tak Mempan Pakai Obat? Dokter Sarankan Bedah Laparoskopi

Tangerang, VIVA – GERD (gastroesophageal reflux disease) atau penyakit asam lambung seringkali menjadi masalah yang mempengaruhi kualitas hidup banyak orang. Gejala umum GERD antara lain nyeri ulu hati (heartburn), sendawa asam lambung, kesulitan menelan, batuk kronis, dan suara serak. 

Dokter Spesialis Bedah Pencernaan RS Betsayda Gading Serpong Dr. Eko Priatno, Sp.B-KBD, menjelaskan meski pengobatan dengan obat dapat mengurangi gejala, namun tidak semua pasien mencapai hasil yang memuaskan. Jadi apa solusinya? Gulir untuk mengetahui jawabannya!

“Untuk kasus GERD yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan, operasi laparoskopi mungkin bisa menjadi jawabannya,” kata dr Eco dalam keterangannya yang dikutip Senin, 16 September 2024. 

Selain itu, Dr. Eko Priatno menjelaskan, operasi laparoskopi merupakan prosedur minimal invasif, hanya memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan kamera dan instrumen bedah khusus. 

“Metode ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan operasi terbuka tradisional, seperti pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan nyeri pasca operasi yang minimal,” jelasnya. 

Menurut Dr. Eco, laparoskopi untuk GERD adalah pilihan yang sangat efektif bagi pasien yang tidak memberikan respons yang baik terhadap pengobatan. 

“Dengan teknik ini, kami memperbaiki katup antara lambung dan kerongkongan yang menjadi penyebab utama naiknya asam lambung. Pasien biasanya bisa kembali beraktivitas normal dalam waktu singkat dibandingkan operasi tradisional,” ujarnya. 

Lalu siapa yang direkomendasikan untuk operasi laparoskopi?

Operasi laparoskopi untuk GERD biasanya dianjurkan jika pasien mengalami gejala GERD yang parah dan kronis (berlangsung lama dan tidak kunjung membaik), kemudian pasien menderita GERD seperti esofagitis (radang esofagus), penyempitan esofagus, atau Barrett’s If. ada komplikasi, ada risiko terkena kanker esofagus, ujarnya. 

Operasi laparoskopi direkomendasikan untuk pasien yang memerlukan penggunaan antasida atau penghambat pompa proton (PPI) secara terus-menerus untuk mengendalikan gejala namun masih belum mengalami perbaikan yang signifikan. 

“Pasien kemudian mengalami efek samping dari pengobatan jangka panjang, sehingga menurunkan kualitas hidup mereka,” tambahnya. 

Direktur RS Betsayda, dr. Pitono mengaku sangat bangga memiliki fasilitas dan peralatan medis yang lengkap, sehingga bisa memberikan beragam alternatif pengobatan kepada pasien dengan berbagai kondisi, salah satunya adalah dr. Eco Priatno.

“Kemampuannya dalam melakukan operasi laparoskopi untuk GERD merupakan salah satu layanan terbaik yang kami berikan kepada masyarakat. Kami selalu berupaya memberikan perawatan yang aman, efektif, dan mengutamakan kepuasan pasien,” jelasnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *