Titik Kumpul Lifestyle: Lauda adalah tempat berdoa yang efektif. Hal itu pula yang menjadikan Rawdah menjadi salah satu tempat favorit dikunjungi bagi umat Islam yang menunaikan umrah atau haji.
Sebuah kisah mengatakan, “Di antara rumahku dan mimbarku ada sebuah taman (rauda) di dalam taman surga.”
Ini menunjukkan betapa mulianya Lauda. Jamaah haji dan umrah selalu bersemangat menunaikan ibadah haji dan berdoa kepada Raudah. Simak artikel lengkapnya di bawah ini.
Keinginan kuat berangkat ke Lauda juga dirasakan Sakyem binti Somo Sandim, jemaah asal Jawa berusia 62 tahun yang tergabung dalam Lombok Flight Group (Kloter) 5 (LOP 5).
Pada hari Rabu, 22 Mei 2024, seusai salat subuh di Masjid Nabawi, Sakyem duduk di kursi roda dan bertanya, “Pintu masuk Rawda ke arah mana?” .
“Saya datang ke masjid bersama suami saya, tapi saya katakan padanya dia tidak perlu menjemput saya karena saya ingin pergi ke Rawdah.” Saya yakin seseorang akan membawa saya ke Rawdah.” dia dikutip seperti yang dikatakan di situs Kementerian Agama.
Ia melanjutkan, sudah seminggu berada di Madinah dan belum ke Lauda. Ia tidak terburu-buru menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan takut menyampaikan salam sanak saudara dan kerabatnya kepada Rasulullah.
Menurutnya, dia sudah tiga kali berjanji kepada kelompok tersebut, namun tidak pernah terwujud.
Ketika tim KIA mengajukan tawaran untuk membawanya ke Louder, dia langsung menyetujuinya dengan antusias. Ibu tujuh putra-putri dan 11 cucu ini mengaku sangat senang dengan tawaran tersebut.
Ia mengaku dalam keadaan sehat pada saat keberangkatannya, namun setelah melakukan perjalanan jauh dan jatuh sakit, tiba-tiba ia jatuh sakit dan terpaksa membeli dan menggunakan kursi roda. Ia sangat berterima kasih kepada Lauda karena bersedia membawanya bersamanya.
Sambil mendorong kursi roda Bu Sakyem, Hikma dan Elniwati menggumamkan sesuatu yang mereka bicarakan sejak subuh: “Kami ingin ke Rauda.”
“Masya Allah, Allah maha baik. Beliau langsung suruh kami mengantarkan tamu kami ke Rauda. Ternyata Bu Sakyem lah yang mengantarkan kami ke Rauda.”
Kursi roda itu masih didekatkan ke pintu menuju Lauda. Mereka bertiga mulai menangis, menikmati kenyamanan yang Tuhan berikan kepada mereka. Begitu Anda mulai mengantri untuk masuk, Anda akan dipandu ke jalur khusus kursi roda, setelah itu Anda akan dengan mudah sampai di Tempat Sholat Lowder.
Tak puas hanya salat di kursi roda, Sakiem meminta bantuan untuk membawanya ke barisan depan. Mereka meninggalkan kursi rodanya di barisan belakang.
Setelah itu, mereka masing-masing salat, mengambil posisi salat, menikmati salat panjang, dan kemudian meminta syafaat Nabi di Yaumir.
Aku takjub melihat panggung Tuhan. Padahal, dua malam sebelumnya, empat jurnalis anggota Hajj Media Center (MCH) Daka Madinah sudah diberi jadwal berangkat ke Rawdah pada pukul 23.00 WIB (waktu Arab Saudi).
Saat saya tiba di Masjid Nabawi satu jam sebelumnya, saya bertemu dengan dua orang lansia yang berkumpul di kos-kosan terpisah di sudut Nabawi, namun mereka tidak terorganisir dan harus diantar kembali ke hotelnya.
Akibat kejadian tersebut, mereka yang sebenarnya tiba di gerbang jalur menuju Lauda sempat tertunda. Maka berakhirlah biaya tiket masuk jamaah haji Lauda malam itu. Setiap orang harus bersabar sampai jadwal berikutnya diumumkan.
Bertemu Sakyem membawa keberkahan tersendiri. Semangat dan semangat Sakyem untuk menjenguk Raudah dan menyampaikan salam kepada Rasulullah akhirnya mengantarkan tim KIA untuk mencapai Raudah juga.
Usai berdoa dengan hati gembira, tim KIA melakukan scan barcode pada KTP Sakyem hingga terlihat alamat dan lokasi hotel tempatnya menginap.
Mereka kemudian mengantar jemaah penjual durian Lombok langsung menuju kamar masing-masing di Hotel Zaza Regency untuk beristirahat.
Media Center Haji 2024