Jakarta, Titik Kumpul – Masyarakat lanjut usia merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terkena penipuan di era digital, terutama saat pemilihan umum atau pemilu.
Orang lanjut usia sering dianggap kurang melek digital, namun penelitian yang dilakukan Tular Nalar tahun ini menunjukkan hal sebaliknya melalui sebuah penelitian baru.
Berita palsu yang paling umum adalah pencemaran nama baik lawan politik, klaim kemenangan, janji politik palsu, dan informasi palsu tentang hasil pemilu. Namun para lansia tidak tinggal diam.
Sekitar 91 persen mengambil keputusan untuk membandingkan informasi dari berbagai sumber, 84 persen mencari referensi untuk verifikasi, 79 persen memperingatkan orang lain, dan 57 persen melaporkan kebohongan yang mereka temui.
Mereka seringkali mengandalkan Google sebagai platform untuk mencari informasi tambahan dan memverifikasi kebenaran informasi tersebut.
Bukan itu saja. Sekitar 81 persen responden menganggap televisi sebagai sumber informasi pemilu yang dapat diandalkan, sementara 79 persen mempercayai situs berita.
Terkait isu berita palsu, meski responden belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai berita palsu, namun 62 persen mengaku pernah menerima berita palsu terkait pemilu dan mempunyai kesempatan untuk menanggapinya, sedangkan 25 persen sulit menentukannya dan 17 persen tidak. yakin apakah mereka dapat ditentukan. mereka menemukannya sekali.
Wanita yang lebih tua (79%) lebih mungkin mengenali dan menangani perselingkuhan dibandingkan pria yang lebih tua (56%).
“Google memastikan bahwa platform kami tidak digunakan untuk menyebarkan informasi palsu dan membantu pemilih mengambil keputusan berdasarkan informasi yang akurat,” kata Isya Hanum, kepala urusan masyarakat Google Indonesia.
Survei kreatif terhadap pemilih lanjut usia ini dilakukan oleh Love Frankie dan Google.org. Respondennya adalah 361 pemilih berusia 50 hingga 70 tahun dari berbagai daerah dan kota di Indonesia tengah dan timur pada awal tahun ini.
Pada tahun 2023, Google.org, cabang filantropis Google, memberikan hibah sebesar $2,5 juta kepada Mafindo untuk memperluas program Tular Nalar guna meningkatkan literasi digital dan keterampilan berpikir kritis bagi generasi muda, lansia, dan guru di Indonesia.
Program Tular Nalar bertujuan untuk mendidik 1,6 juta orang melalui 500 Akademi Digital untuk melatih senior dan sekolah nasional di 38 provinsi.
“Pada dasarnya orang lanjut usia sangat tertarik tetapi tidak tahu bagaimana memperhatikan hal-hal buruk yang bisa terjadi,” kata Santi Indra Astuti, manajer program Tular Nalar.
Para peserta lansia, kata dia yang mengikuti program Tular Nalar, mengatakan literasi digital sangat membantu dalam mengenal kebiasaan dan memperluas wawasan agar terhindar dari kecurangan atau bahkan kecurangan di platform digital.