Sering, Wiwa – Kekerasan seksual terhadap anak merupakan masalah sosial yang serius di Indonesia. Kasus kekerasan seksual terhadap anak telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, meskipun banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Fenomena ini mencakup berbagai bentuk pelecehan seksual, eksploitasi, bahkan pemerkosaan, yang sering terjadi di lingkungan yang seharusnya aman bagi anak, seperti rumah, sekolah, atau taman bermain. Pelaku kekerasan seksual terhadap anak seringkali adalah orang-orang yang mereka kenal atau dekat dengan korban, sehingga seringkali korban merasa takut atau terintimidasi untuk melaporkannya.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan lembaga swadaya masyarakat lainnya, kekerasan seksual terhadap anak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Faktor penyebabnya cukup kompleks, antara lain buruknya pengawasan, kurangnya pendidikan seks, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kekerasan seksual dan dampaknya terhadap korban.
Kekerasan seksual terhadap anak tidak hanya menimbulkan luka fisik namun juga menimbulkan trauma psikologis jangka panjang. Anak-anak korban kekerasan seksual seringkali mengalami gangguan emosi seperti kecemasan, depresi, dan sulit mempercayai orang lain. Trauma ini dapat mempengaruhi perkembangan remaja mereka dan mempengaruhi kehidupan sosial, akademik dan masa depan mereka.
Gerakan Indonesia Kakak Aman
Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kekerasan seksual terhadap anak, Brother Safe Indonesia hadir sebagai gerakan inisiatif yang fokus pada pendidikan bela diri bagi anak TK dan SD. Hana Molida dan dua rekannya memulai gerakan ini pada Januari 2023 di Sering City, Buntin dengan misi sederhana namun sangat penting: memberikan informasi kepada anak-anak tentang bagaimana mereka dapat menghindari potensi kekerasan seksual.
Gerakan ini bermula dari keprihatinan akan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual yang semakin banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan keprihatinan tersebut, Big Brother Safe Indonesia berupaya menjadi jembatan yang menghubungkan anak-anak dengan pendidikan seksualitas sesuai usia, yang seringkali menjadi topik tabu atau terabaikan.
Hana dan rekan-rekannya memulai gerakan ini di SDN Buah Gede, sebuah sekolah dasar di Kota Sering. Respon yang diterima sangat positif, dan seiring berjalannya waktu, Big Brother mulai dikenal dengan sebutan Indonesia Aman dan merambah ke berbagai wilayah lain di Buntin, termasuk Kabupaten Serang dan Ceylon.
Salah satu kekuatan gerakan Saudara Aman di Indonesia adalah cara mereka memberikan pendidikan yang dirancang khusus agar dapat diterima dan dipahami oleh anak-anak. Gerakan ini mengembangkan modul pendidikan yang berisi informasi tentang seksualitas dan bela diri. Bahasa yang digunakan dalam modul sederhana dan mudah dipahami, sehingga anak dapat memahaminya tanpa rasa takut dan intimidasi.
Selain modul, Big Brother Safe Indonesia juga memperkenalkan pendidikan secara interaktif dan menyenangkan. Dalam setiap sesinya mereka menggunakan teknik seperti mendongeng, bermain game edukasi, berdialog langsung dengan anak, serta menampilkan warna-warna cerah dan poster yang menarik. Pendekatan ini tidak hanya memudahkan anak dalam memahami informasi, namun juga menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi mereka untuk belajar dan bertanya.
Gerakan tersebut tidak hanya berfokus pada anak-anak, namun juga berupaya meningkatkan kesadaran para orang tua, guru, dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan seks sejak dini. Big Brother Safe Indonesia ingin menghilangkan stigma bahwa pendidikan seks adalah hal yang tabu bagi anak-anak, dan sebaliknya ingin menunjukkan bahwa pemahaman yang tepat sejak usia muda sangat penting untuk menjaga mereka tetap aman. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang aman mendukung tumbuh kembang anak.
Keluaran penting yang diharapkan dari program saudara Indonesia Aman ini adalah pemahaman anak terhadap konsep tubuh pribadi dan perawatannya. Anak diajarkan untuk mengenali bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain dan dilatih untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman. Selain itu, mereka diberikan strategi dasar yang dapat mereka gunakan jika berada dalam situasi di mana mereka merasa terancam atau tidak aman, seperti mencari bantuan atau menawarkan bantuan dari orang dewasa yang dipercaya.
Melalui kegiatan ini, Big Brother Safe Indonesia berharap seluruh anak dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik mengenai batasan tubuh pribadi dan cara melindungi diri dari potensi kekerasan seksual. Gerakan ini menjadi sahabat andalan anak dalam melindungi dirinya dari ancaman kekerasan seksual, sekaligus mengajak masyarakat untuk ikut melindungi anak melalui pendidikan yang baik dan berkelanjutan. Atas gerakannya tersebut, Hina Mulida dianugerahi Sato Indonesia Awards pada tahun 2024.