JAKARTA – Upacara buka puasa yang mulai dirayakan banyak umat Islam pada 12 Maret 2024, tak hanya dikenal sebagai ritual yang mengajarkan umat Islam tentang syahwat, lapar, dan haus. Puasa juga mempunyai manfaat kesehatan. Meski tidak makan atau minum selama kurang lebih 12 jam, tubuh diberi kesempatan untuk melakukan detoksifikasi, mengeluarkan tubuh. Sebab, puasa ibarat memberi waktu istirahat.
Selain itu, berhati-hatilah untuk tidak mengonsumsi makanan yang tidak enak saat puasa atau sahur, hal ini dapat menimbulkan masalah seperti asam lambung yang meningkat. Bagi yang memiliki masalah lambung seperti GERD, disarankan untuk menghindari makan makanan asam dan pedas. Karena makanan jenis ini bisa menahan perut, perut terasa kenyang atau sembelit saat puasa.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. İrsan Hasan, Sp.PD, KGEH, FINASIM mengatakan, memang benar makanan jenis ini terkadang bisa membuat perut terasa berat.
“Benar, tapi tidak selalu. Kita sering dengar kalau maag jangan makan pedas, jangan makan cuka, nanti maagnya kambuh lagi. Tapi tidak bagi orang yang tidak punya masalah lambung, bukan itu masalahnya. masalah, kalimatnya ‘bisa memuat perut’, kalau tidak ada masalah, tidak masalah, saya minta makan bumbu, silakan makan cuka.” 12, 2024.
Irsan juga menegaskan, makanan pedas atau asam tidak membebani perut. Namun, hal ini dapat memperparah sakit maag.
“Beban ini harus disesuaikan, itu membuat perut bekerja. Pahit dan tajam, salah paham itulah yang membuat perut sakit, perih, tidak membawa, seperti ketika kita kena luka, itu perih dan memperparah lukanya. Tapi tidak membebani perut,” ujarnya.
Irsan kemudian menambahkan dalam sambutannya: “Kalau perutnya sudah luka, sudah ada peradangan di lambung, kadang makanan pedas, makanan asam akan menambah keluhannya, semakin parah. Juga bagi yang tidak punya penyakit lambung don jangan berlebihan (makan bumbu dan cuka), makan secukupnya.”
Di sisi lain, Irsan mengatakan mengonsumsi makanan berlemak saat puasa membuat perut terasa berat. Pasalnya, makanan berlemak membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna di usus.
“Kalimat yang bisa memberatkan lebih tepat. Kalau kita makan makanan berlemak, lambung butuh waktu lama untuk mencerna makanan berlemak atau berlemak karena ada refleks di tubuh yang meminta ke lambung. memecah lemak tersebut menjadi potongan-potongan kecil agar bisa diserap usus,” ujarnya.
Irsan melanjutkan, karena proses penyerapannya lama, makanan berlemak bertahan lama di perut. Akibatnya, kerja lambung menjadi berat.
Akibatnya, makanan berlemak akan bertahan lama di perut. Lambung akan melanjutkan prosesnya, sehingga jangka waktunya akan lebih lama. “Pekerja lambung juga, ya makanan berlemak,” ucapnya.
Irsan juga menginformasikan, bagi yang tidak memiliki masalah lambung, diperbolehkan mengonsumsi makanan berlemak seperti daging sebagai makanan sahur. Pasalnya, kandungan protein pada daging mampu membuat Anda kenyang dalam waktu lama.
“Haruskah dihindari? Ya tidak juga, kita boleh makan makanan berlemak, tapi kalau ada masalah lambung dan keluhan diare, GERD, dll sebaiknya porsinya dikurangi, porsinya tidak boleh terlalu besar.” Jadi ini akan membuat Anda kenyang lebih lama dibandingkan karbohidrat manis,” ujarnya.
Irsan juga menegaskan, mengonsumsi makanan berlemak di pagi hari juga menyebabkan asam lambung. Sebab makanan berlemak akan merangsang pelepasan hormon kolesistokinin. Tak hanya itu, terlalu banyak mengonsumsi gula di pagi hari juga bisa memicu rasa lapar lebih cepat.
“Gerdi berpendapat, entah perut saya kembali lagi setelah sahur atau tidak, ada kemungkinan makanan berlemak jadi penyebab perut buncit. Misalnya makanan berlemak di pagi hari bertahan lama di perut, lalu tidur menyebabkan GERD. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah makanan berlemak merangsang pelepasan hormon kolesistokinin, yang mempersempit kesenjangan antara lambung dan lambung.