VIVA Lifestyle: Kehidupan setelah menikah akan mengalami perubahan dibandingkan saat masih lajang. Dalam sebuah keluarga terdapat dua orang pencari nafkah yang mempunyai ide dalam mengatur rumah dan keuangan. Perempuan jarang disebut sebagai pengelola keuangan rumah karena merekalah yang bertanggung jawab mengelola keuangan.
Setiap pasangan tentu memiliki pedoman tersendiri dalam mengatur keuangan keluarga. Ada suami yang memberikan seluruh penghasilannya kepada istri dan mempercayakannya untuk mengelolanya, dan ada juga suami yang membagi penghasilannya untuk mengurus istri dan menghidupi dirinya sendiri. Lebih jauh lagi, oke?
Tidak ada benar atau salah karena semua tergantung keadaan keuangan Anda. Namun Ustaz Khalid Basalamah menjelaskan, idealnya keuangan ditangani oleh suami, bukan istri.
“Sebenarnya kami tidak bilang salah, tapi yang lebih idealnya tidak boleh seperti ini. Harusnya (pihak suami) juga seperti ini,” kata Ustaz Khalid Basalamah mengutip video Instagram salaf @mahasiswa Kamis (27). Juni 2024.
Dalam beberapa kasus, perempuan merasa diberi wewenang untuk mengelola keuangan keluarga dan memandangnya sebagai kewajiban untuk menafkahi suami mereka. Di sisi lain, suami juga harus mempertimbangkan kebutuhannya sendiri, yang tidak sepenuhnya bergantung pada istri. Suami juga sebaiknya menabung agar tidak perlu bertanya pada istri saat membutuhkan sesuatu.
“Banyak saudara kita yang salah paham, misalnya gajinya 5-7 juta, semuanya dialihkan ke istrinya. jika dia menggunakan nomor prabayar yang masih harus dia bayar setiap bulannya, atau untuk keperluan pribadi seperti pakaian dalam.
Para suami disarankan untuk segera membagi penghasilannya untuk kebutuhan pribadi, nafkah istri dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jadi, jika ada uang tambahan yang tidak masuk dalam anggaran bulanan, uang tersebut perlu dikelola bersama pasangan.
Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan: “Sebaiknya kalian menatanya. Setelah kami nyatakan, ini kebutuhan rumah, silakan diterima. Selebihnya akan kami urus. Ini ideal.”
