Banten, Titik Kumpul – Masalah pangan dan gizi masih menjadi tantangan utama di Indonesia. Banyak keluarga yang masih kekurangan makanan bergizi. Hal ini berdampak negatif terhadap perkembangan fisik dan mental anak serta mengancam masa depan generasi muda Indonesia.
Di tengah tantangan tersebut, kehadiran organisasi seperti Bank Pangan Indonesia (IFB) sangatlah penting. Mereka berperan membantu masyarakat miskin yang kekurangan gizi. Idha Meilana: Pendiri dan pimpinan Bank Pangan Indonesia
Lahir 10 Mei 1991 di Kirebon, Jawa Barat, Idha Meilana Kurniawan Putra adalah pendiri Food Bank Indonesia. Sebagai presiden IFB, Idho fokus pada anak-anak gizi buruk di Indonesia.
Bersama teman-temannya, Idho mulai mencari donatur yang bersedia menyumbangkan makanan bergizi dan susu. Produk-produk ini kemudian didistribusikan kepada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah.
Sejak IFB berdiri pada 21 Februari 2016, Idho bersama sekitar 500 anggotanya telah menyebarkan aktivitasnya ke berbagai daerah seperti Mataram (Nusa Tenggara Barat), Bandung, Bagor (Jawa Barat), dan Banyumas (Jawa Tengah).
Berkat inisiatif tersebut, Idho dianugerahi Penghargaan Astra Spirit of Integrated (SATU) Indonesia 2018 oleh PT Astra International Tbk. Idho merupakan satu dari ratusan anak muda yang menginspirasi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat
Motivasi Ida mendirikan IFB berawal dari kepeduliannya terhadap anak-anak gizi buruk di Indonesia. Menurut Ido, gizi buruk berdampak pada kecerdasan dan kesehatan anak sehingga masalah ini perlu mendapat perhatian khusus.
“Masih banyak masyarakat yang belum memahami bank makanan dan masih minim pengetahuan tentang sampah makanan,” kata Idho.
Pengalaman selama program pertukaran pelajar di Kanada membantu membentuk cara pandangnya. Saat berada di sana, Idha mengunjungi Colchester Food Bank, dimana ia terinspirasi untuk mendirikan IFB di Indonesia.
Meski gerakan bank pangan di Indonesia belum seefektif negara lain, Idho dan tim berupaya mencari sponsor untuk membiayai kegiatannya. Kampanye pertama mereka dimulai pada tahun 2016 di Sirebon, Jawa Barat, di mana mereka membagikan makanan bergizi kepada anak-anak. Kemudian pada tahun 2017, IFB berhasil membantu anak-anak gizi buruk hingga kesehatannya membaik.
Sebagian besar anggota IFB adalah pelajar, namun gerakan ini juga mencakup pekerja swasta, pejabat pemerintah, pengusaha, dan guru. Setiap hari Minggu, para anggota mengunjungi anak-anak yang kekurangan gizi dan membantu mereka melalui program dan inisiatif Bank Pangan Indonesia
Berbagai program telah diluncurkan oleh Food Bank Indonesia, Idho dan timnya fokus pada dukungan gizi anak yang komprehensif, memastikan bahwa bantuan yang mereka berikan memiliki dampak nyata dan jangka panjang.
“Tidak akan ditemui orang yang makan di luar negeri, tapi di Indonesia masih ada. “Tujuan kami memerangi kelaparan dan gizi buruk,” tegas Idho.
“Kami tidak mau hanya memberi makan lalu pergi begitu saja. Makanan utuh menjadi fokus utama kami,” lanjutnya.
Puluhan ribu orang telah memperoleh manfaat dari kegiatan IFB. Selain itu, relawan dan donatur yang senantiasa terlibat dalam gerakan ini juga menjadi kunci keberhasilannya.
Seringkali, karena keterbatasan waktu dan jarak, pendonor memberikan uang dibandingkan makanan. Namun IFB memastikan seluruh donasi diubah menjadi makanan yang bisa langsung dimanfaatkan oleh penerima manfaat
Idho percaya bahwa kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk mencapai tujuan yang lebih luas dalam mengatasi masalah pangan dan gizi. Bekerja sama dengan organisasi lain, pemerintah, dan masyarakat luas adalah kunci untuk menciptakan perubahan nyata.
Dengan sinergi yang baik, gerakan ini dapat menular kepada anak-anak yang membutuhkan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya gizi yang baik.
Melalui Food Bank of Indonesia, Idho berharap dapat memperbaiki masa depan pangan dan gizi di Indonesia. IFB bergerak maju dalam komitmennya untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi di Indonesia, memberikan harapan bagi ribuan anak untuk masa depan yang lebih sehat dan kuat.