Sama-sama Atasi Obesitas, Apa Perbedaan Operasi Bariatrik dan Balon Lambung?

JAKARTA – Prevalensi obesitas di Indonesia tidak mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat angka obesitas di Tanah Air masih tinggi, yaitu 21,8 persen. 

Gerakan Indonesia Menurunkan Angka Obesitas (GENTAS) juga dicanangkan pemerintah. Targetnya dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) sebesar 1 persen pada tahun 2030, padahal saat ini angka tersebut masih cukup tinggi yakni sebesar 60 persen. Lantas, adakah cara mengatasi obesitas? Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya. 

Operasi bariatrik dan operasi balon lambung disebut-sebut sebagai metode penurunan berat badan yang bisa membantu mengatasi obesitas. Lantas, apa perbedaan keduanya? 

Dokter bedah bariatrik, dr dr Peter Ian Limas, Sp.B-KBD menjelaskan, bariatrik merupakan metode invasif atau pembedahan yang dilakukan dengan cara memisahkan lambung menjadi dua bagian, dimana 75-80 persen lambung dipotong atau lambung dibedah. dibalut.

Jadi intinya bariatrik itu ada masalah dengan konsekuensi pembatasan. Makannya tidak boleh banyak, satu sendok saja sudah kenyang, kata dr. Peter pada konferensi pers memperingati Hari Obesitas Sedunia yang diadakan PT Regenesis Indonesia, baru-baru ini. 

Sedangkan program balon lambung Allurion merupakan program penurunan berat badan dengan balon lambung, tanpa anestesi, tanpa operasi dan tanpa endoskopi. Awalnya, balon berbentuk kapsul ditelan, kemudian balon tersebut mengembang di dalam perut. 

“Balonnya jatuh dengan sendirinya, jadi kita tunggu sampai turun. Sifatnya sementara, balonnya hanya 4 bulan di perut. 4 bulan lagi keluar secara alami bersama feses. Hebatnya, ada Itu Allurion, targetnya 10-15 persen (penurunan berat badan). Kalau operasi bariatrik, persentasenya sampai 30 persen, ujarnya. 

Lebih lanjut, dokter yang pernah merawat 100 pasien dengan program balon lambung Allurion ini mengatakan, baik balon bariatrik maupun balon lambung pada dasarnya sama. Namun, ia menegaskan tujuan utama keduanya adalah menjadikan gaya hidup lebih sehat, bukan menurunkan berat badan. 

“Perubahan gaya hidup harusnya jadi tujuan. Kalau tujuan utamanya penurunan berat badan, itu salah. Pasien harus mau mengubah gaya hidupnya,” jelasnya. 

Ir Emmy Noviawati, Presiden Direktur PT Regenesis Indonesia menambahkan, pemasangan balon lambung membutuhkan waktu yang cukup singkat dan akan sangat cocok jika ditujukan untuk pasien dengan mobilitas tinggi. 

“Memiliki balon membantu Anda memaksakan diri untuk makan secukupnya jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal selama program berlangsung,” pungkas Emmy Noviawati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *