Jakarta, Titik Kumpul – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menerbitkan Aksilrasi yang diharapkan dapat memanfaatkan produk industri kreatif di bidang musik, film, penerbitan, seni pertunjukan, dan seni rupa.
Program ini bertujuan untuk memetakan dan mendukung masyarakat, khususnya di lima kawasan prioritas: Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang.
Menteri Pariwisata dan Inovasi menyampaikan, “Program akselerasi dilaksanakan dengan berwawasan sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam proses pembuatan produk yang sangat inovatif hingga monetisasi untuk memenuhi kebutuhan tujuan prioritas modern. . Ekonomi Sandiaga Uno.
Dalam program ini, Kemenparekraf menggandeng distributor untuk mendistribusikan dan memperdagangkan produk hasil inkubasi Aksillasi dan Creative Lens.
Sebut saja Goldilocks distribusi produk di industri film dan subsektor seni pertunjukan. Musik baik untuk mendistribusikan produk di bidang musik dan seni rupa; Potostock Indonesia untuk distribusi produk foto kecil; Dan Elex Media Komputindo untuk pendistribusian produk pada sub bagian penerbitan.
Pada Aksilrasi 2024, Musik Bagus masuk nominasi sebagai pemasok produk subsektor musik dan seni rupa. Ada dua kawasan prioritas tinggi yang fokus pada musik dan seni kecil: Mandalika dan Labuan Bajo.
Episode ini menampilkan Cilokaq, musik tradisional suku Sasak di Nusa Tenggara Barat. Musiknya berasal dari permainan Gambus yang dinyanyikan untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan rasa bosan.
Cilokaq adalah seni musik yang terinspirasi dari gurun pasir yang komposisinya didasarkan pada satu rekaman harpa. Seiring berjalannya waktu, musik Cilokaq semakin berkembang dengan menambahkan alat musik lain seperti jidur, seruling, gitar, dan gendang (ketipung).
Ada 5 lagu klasik Mandalika yang ditampilkan dalam AKSILARASI: Mandalika:
1. Resonansi Bumi
Lagu ini merupakan lagu pembuka dari album ‘AKSILARASI: Mandalika’ yang berkisah tentang pengaruh budaya asing yang masuk ke Lombok dimana Lombok mempunyai nilai budaya dan tradisi tersendiri. Lagu ini menjadi peringatan bagi generasi baru untuk terus melestarikan budaya yang ada, tidak mengabaikan dan mentransfer pengaruh budaya asing.
2. Seribu masjid
‘Seribu Gereja’ merupakan ungkapan rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan atas negara tempat ia dilahirkan dengan keadaan subur, aman, tenteram, stabil dan segala keindahan didalamnya. Nama ‘Seribu Masjid’ sendiri diambil dari julukan yang sering diberikan pada Pulau Lombok, yakni seribu masjid.
3. Joran pelindung
‘Pancing Lindung’ artinya mancing belut yang dikenal dengan nama belut yang licin dan sulit ditangkap, seperti cerita di balik lagu ini dimana seorang pria jatuh cinta namun gagal memenangkan hati seorang wanita.
4. Kute yang mirip Manda
Mandalika terkenal dengan keindahan alamnya, maka dari itu lagu ini bercerita tentang keindahan pantai Kuta Mandalika yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Lirik dalam lagu ini menggambarkan keindahan pantai berpasir putih, pegunungan hijau, dan ombak selancar yang sempurna.
5.Balek Bembek
Lagu ini diperuntukkan bagi kaum muda yang sedang jatuh cinta atau dikenal dengan dog love. Dalam lagu ini juga terdapat seorang wanita yang mengungkapkan isi hatinya melalui musik berbahasa Sasak.
Juga menampilkan karya Flores Human Orchestra (FHO), sebuah komunitas musisi lokal di Labuan Bajo yang bertujuan untuk melestarikan budaya, khususnya musik. Flores Human Orchestra (FHO) selalu membawakan lagu-lagu ciptaannya sendiri dengan keunikan dan daya tarik tersendiri, dan tentunya musik tradisional Manggarai.
Ada 15 lagu Flores Human Orchestra (FHO) yang ditampilkan di AXILARASI: Labuan Bajo.
1. Bom
Lagu adat Manggarai yang menggambarkan tradisi khas masyarakat Manggarai yang hidup setiap kali berkumpul. Bernyanyi dan menari secara melingkar untuk menunjukkan kegembiraan tanpa batas yang mereka rasakan. ‘Bombong’ juga mengekspresikan pesona dan pesona Labuan Bajo sehingga menjadikannya destinasi dunia yang wajib dikunjungi semua orang. Diproduksi oleh Vokal Folksong : Elias Wangkut, Seluruh Artis FHO
2. Ringkikok
Lagu ini menggambarkan nyanyian manis seorang gadis desa yang terpesona saat melihat seorang pemuda berpenampilan tidak biasa memasuki desa dengan menunggang kuda yang kuat untuk pergi berbelanja. Lagu yang ditulis oleh Vokal Folksong: Semua Artis FHO
3. Jangan khawatir
Merupakan lagu daerah Manggarai yang merangkum rasa cinta dan bangga terhadap keagungan alam sekaligus ajakan untuk melestarikan dan menghargai warisan sejarah dan budaya Manggarai. ‘Riang’ juga menjadi inspirasi bagi pendengarnya untuk merefleksikan dan mengembangkan nilai-nilai masyarakat yang menghargai alam demi keberlangsungan generasi penerus. Diproduksi oleh Vokal Folksong : Rikardus Ngaca, Seluruh Artis FHO
4. Kakor Lalong
‘Kakor Lalong’ merupakan lagu seorang wanita yang merindukan seorang pria yang pulang membawa seekor binatang dan datang di pagi hari untuk menyambut pria yang dicintainya. Lagu yang ditulis oleh Folksong Vocal : Any Sabu, All Artist FHO
5.Toto Ndeng
Lagu tradisional Mongolia dinyanyikan oleh gadis-gadis desa sambil menari dan menari. Lagu tersebut menghina laki-laki yang suka berbohong atau mengolok-olok perempuan pedesaan. Lagu yang ditulis oleh Vokal Folksong: Semua Artis FHO
6. Tari Gongo
‘Tarian Gong’ merupakan perpaduan ritme tradisional Manggarai, nyanyian yang menakjubkan dan kombinasi musik klasik dan modern yang hebat. Lagu yang ditulis oleh Vokal Folksong: Semua Artis FHO
7. Luju Diong
Labuan Bajo merupakan sebuah kawasan di Indonesia bagian timur yang indah dan kaya akan alam. ‘Lulu Diong’ merupakan lagu ciptaan Silvianus Robyanto tentang bagaimana ia mengungkapkan rasa bangganya terhadap kekayaan alam di Labuan Bajo. Lagu yang ditulis oleh Silvianus Robyanto Vokal : Silvianus Robyanto
8. Ngerti
Lagu ini berkisah tentang seorang pria dengan keadaan keuangan buruk yang sedih karena pacarnya jatuh cinta dengan pria kaya yang hidup dalam keterbatasan. Ditulis oleh Rikardus Ngaca Vokal: Rikardus Ngaca
9. Angka bahagia
Lagu tersebut bercerita tentang seorang pria yang bernyanyi sambil menjaga tamannya dari serangan monyet liar yang ingin memakan tanaman di tamannya. Lagu yang ditulis oleh Silvianus Robyanto Vokal : Silvianus Robyanto
10. Conka Kelong
‘Conka Kelong’ adalah lagu seru yang memuat seruan Caci, tarian rakyat Manggarai. Disusun oleh Kondradus Jeladu Vokal : Kondradus Jeladu
11. Ce Ce Ce
Lagu ini bercerita tentang pertemuan di halaman belakang untuk merayakan hasil panen dengan bernyanyi dan menari dalam suasana gembira. Lagu tersebut juga mengingatkan kita akan pentingnya perdamaian dan persatuan serta menunjukkan rasa syukur atas kekayaan alam. Ditulis oleh Ivan Nestorman
12. Dende – Medley Flores
Lagu tradisional Flores yang dinyanyikan secara acapella menampilkan keindahan harmoni yang memadukan berbagai budaya dan tradisi dalam seni musik. Ditulis oleh Folksong Diproduksi oleh Ivan Nestorman
13. Mbaga Mwaga
Lagu tersebut menggambarkan sebuah puisi penuh malam yang diiringi puisi rasa syukur dan doa untuk mengungkapkan kebahagiaan dan rasa syukur atas kedatangan pengunjung dari jauh mengunjungi Manggarai. Disusun oleh Agustinus Suharman Vokal : Agustinus Suharman
14. Veng Keo Raksmey
Lagu malam yang luar biasa dengan pesan untuk selalu bersatu dan berdoa agar terhindar dari hal-hal buruk dalam hidup. Disusun oleh Benediktus Boy Vokal: Benediktus Boy
15. Sengo Sando
Lagu tersebut mengajak pendengarnya untuk merencanakan liburan dan mengunjungi beberapa tempat wisata di Manggarai Barat untuk menikmati keindahan alam dan budaya tempat tersebut. Melalui album ini diharapkan masyarakat Indonesia bahkan mancanegara bisa lebih mengenal budaya Indonesia, khususnya budaya Mandalika dan Labuan Bajo.