Jambi – Kisah sedih APD, pelajar berusia 12 tahun asal Tasikmalaya, Jawa Barat, membuat kaget banyak orang. Peristiwa tersebut diketahui publik, salah satunya diposting di situs Instagram, huswatch.id
Peristiwa brutal tersebut terjadi di Pondok Pesantren Tawakal Tri Sukses Kota Jambi, dimana dua orang dewasa bernama Rosan dan Firman, lulusan SMA namun bekerja di pesantren tersebut, diduga melakukan penganiayaan terhadap APD.
Ayah APD, Rikarno Diwi mengatakan, penemuan anaknya bukan kali pertama. September lalu, APD juga menjadi korban, namun saat itu pihak pesantren melarangnya menceritakan kejadian tersebut kepada orangtuanya.
Belakangan ini kekerasan APD semakin meningkat, antara lain kekerasan seperti tamparan, borgol, pemukulan, dan mutilasi alat kelamin.
Mendengar kondisi putranya, Rikarno Diwi langsung datang ke pesantren untuk mengambil APD. Saat APD menghubungi pihak pesantren, APD hanya menyatakan bahwa kejadian serupa pernah mereka alami pada September lalu, namun terpaksa ditutup-tutupi karena adanya larangan terhadap sekolah Islam.
Orang tua APD menolak menyelesaikan masalah tersebut secara damai dan memutuskan untuk melaporkannya ke polisi setempat. Rikarno Diwi bersikeras agar putranya memeriksakan diri ke psikolog karena pikirannya sedang kacau.
Sementara itu, Akademi Islam menyatakan telah ada mediator antara pelaku dan korban dan masalah tersebut telah selesai.
Insiden ini telah menyoroti permasalahan serius terkait kekerasan di lembaga-lembaga Islam, menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengambil tindakan yang lebih kuat untuk melindungi siswa dari kekerasan yang dilakukan oleh sesama siswa atau guru.
Peristiwa tersebut pun viral di media sosial. Banyak netizen yang marah atas kebrutalan para pelaku kekerasan dan menempatkan diri mereka pada posisi korban dan keluarga mereka.
“Aku sedih melihatnya ya Tuhan, apalagi aku melihat anakku tidak bergerak. Aku sungguh tidak bahagia sebagai orang tua. Meski bukan anakku, aku sedih melihatnya.”
“Saya mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Islam, tapi kalau begitu tidak usah ambil kelakuan mahasiswa atau pekerjaannya, masukkan saja ke penjara, buat mukanya, namanya apa saja, hidup biasa saja. “
Netizen lainnya menambahkan, “Inilah salah satu alasan keponakanku menjadi ‘juara’ di bar. Karena dia bilang kalau dia lemah, atasannya akan menindasnya.”
Baca artikel edukasi menarik di tautan ini.