Santri IT asal Bogor Ajarkan Membuat Game kepada Pelajar di Mesir

Bogor, Titik Kumpul – Untuk berbagi keterampilan IT (Teknologi Informasi), 6 siswa Pondok Pesantren (IDN) SMP Islamic Development Network (IDN) dan SMP SMK Bogor, Jawa Barat mengikuti kajian IDN. program. Dalam program yang sudah ada sejak lama sekolah ini didirikan, siswa diajarkan membuat game bahkan membuat website.

Direktur IDN Board School Salim Hartono yang mendampingi para siswa mengatakan, siswa IDN berangkat ke Mesir dalam program IDN Mengajar. IDN Mengajar merupakan program yang dibuat oleh IDN Boarding School guna memberikan manfaat seluas-luasnya dengan berbagi ilmu yang dipelajari di sekolah.

6 siswa berbakat dari sekolah menengah dan kejuruan IDN berpartisipasi dalam Program Pendidikan IDN yang diadakan di Mesir. Di antara mereka yang terpilih untuk mengantarkan barang di negeri piramida itu adalah Muhammad Rafi Akmal, Muhammad Athallah Arifin, Arkan Faiz Prastowo, Muhammad Rahesya Azfar, Zahran Putra Thisa dan Abyasa Basla Wismaya. 

“Di Indonesia ada Cairo School untuk sekolah yang diajarkan. Untuk siswa yang diajarkan dari kelas 5 SD sampai kelas 12 SMA. Hal yang diajarkan mulai dari membuat game untuk digunakan di sekolah. Untuk memulainya, membuat website pribadi , untuk membuat desain UI/UX” ujarnya.

Salim menjelaskan, Program IDN Mengajar ini pertama kali diadakan di Mesir. Bagi yang pergi ke negara lain, terutama negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina, itu dimulai sekitar tiga tahun lalu. Selain itu IDN juga pernah mengajar di program IDN Backpacker di Arab Saudi dan Jepang. Menurut Salim, meski berbeda dengan program IDN Backpacker, perjalanan kali ini akan menjadi pengalaman unik bagi pelajar.

“Selain meningkatkan keterampilan TI, kami juga berupaya memperluas jaringan kami di seluruh dunia, bertemu orang-orang baru, dan menjalin koneksi sebaik mungkin,” ujarnya.

Selain mengajar, para santri akan mengunjungi Masjid Al-Azhar untuk mengikuti ceramah bersama syekh. Setelahnya, kunjungi museum untuk mempelajari peradaban Mesir. Abyasa Vismaya, siswa Sekolah Menengah IDN, menjelaskan alasan mengikuti program mengajar. Program ini tidak hanya bertujuan untuk berbagi ilmu IT yang dipelajari di Kairo kepada mahasiswa, namun juga berguna untuk meningkatkan koneksi di dunia IT.

“Membina relasi, relasi, mengajar di luar negeri akan menambah kesempatan bertemu teman-teman baru, guru-guru baru di sini, bahkan dari berbagai negara. Itu juga menambah pengalaman, ada pengalaman” Bagi saya, ini sangat penting, baik untuk meningkatkan kemampuan belajar saya maupun itu membantu saya melarikan diri dari dunia luar,” katanya. 

Abyasa mengaku senang karena informasi yang diajarkannya diterima dengan sangat antusias oleh para siswa dan guru di sekolah disana. “Meski jauh dari kota, ada pula yang jauh dari kampung halaman, mereka tetap semangat belajar. Saya berharap program ini bisa menyebar ke banyak negara, negara besar seperti Amerika dan Australia,” ujarnya. 

Berbeda dengan Abyasa, Muhammad Raffi Akmal, salah satu siswa SMK IDN, menjelaskan alasan mengikuti program tersebut karena ingin menimba pengalaman sebelum mengikuti PKL saat duduk di Kelas XII. 

“Saya tidak mau ketinggalan mengajar di luar negeri karena banyak manfaat yang bisa saya peroleh, nanti saya akan menyesalinya, mungkin ini kesempatan terakhir saya, saya bisa melihat kehidupan di sini di Mesir,” ujarnya. 

Pondok Pesantren IDN memiliki slogan “Bagus IT, Bicara Baca Al Quran”. Keterampilan siswa SMK IDN memang sudah terkenal di Indonesia. Pelajar SMA dan SMK, selain menjadi pelajar yang hafal Al-Quran, juga sudah mengetahui cara menggunakan alat dan sistem jaringan komputer. Bahkan, pengetahuan mereka cukup untuk mengajar guru IT dari sekolah lain yang datang ke sekolah ini. 

Mereka juga didefinisikan sebagai profesional muda yang keterampilannya mirip dengan mahasiswa IT. Sejumlah prestasi telah diraih oleh siswa sekolah ini, seperti memperoleh sertifikasi Cisco Certified Network Associate (CCNA) yang biasa diperoleh oleh mahasiswa S1 dan S2, dan siswa di sini merupakan IT termuda di Asian Sports. 

Atau meraih gelar MTCINE (MikroTIk Certified Internetworking Engineer) merupakan level tertinggi MikroTIk Group. Kelompok ini terutama diminta oleh para profesional/ahli di bidang ISP (atau NAP). Dan saat ini pemegang sertifikat MTCINE Mikrotik terakhir di dunia ada di sekolah ini. 

Di usianya yang masih muda, mereka sudah bisa membuat robot lengkap dengan Arduino dan Internet of Things, atau IOT. Robot ini bertindak sebagai pengontrol rumah pintar. Internet of Things (iot) merupakan bagian lain dari peta jalan pemerintah Kementerian Perindustrian untuk mempersiapkan era industri 4.0. Pada pertengahan tahun 2018, para pelajar direkrut menjadi staf IT final Asian Games 2018.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *