JAKARTA, Titik Kumpul – Halloween sering kali dianggap sebagai waktu untuk bersenang-senang, mengenakan kostum seram, dan mengumpulkan permen. Namun banyak yang belum mengetahui bahwa ada sejarah panjang dan rumit di balik perayaan festival ini.
Halloween sering disalahartikan oleh banyak orang, menganggapnya sebagai tradisi kelam yang hanya dikaitkan dengan kematian atau hal misterius. Namun, memahami asal usulnya dapat memberi kita perspektif baru.
Masalahnya, banyak orang yang melihat Halloween hanya sebagai ajang pesta atau aktivitas komersil. Faktanya, tradisi ini memiliki makna yang lebih dalam, terkait dengan perubahan musim dan hubungan antara manusia dan orang mati.
Menurut artikel di laman World History Encyclopedia, Halloween berasal dari festival Samhain yang dirayakan oleh bangsa Celtic kuno di Inggris dan Irlandia. Festival ini berlangsung pada tanggal 31 Oktober, malam Tahun Baru Celtic yang jatuh pada tanggal 1 November
Asal Usul Halloween: Festival Samhain
Halloween berakar pada Samhain, sebuah festival Celtic kuno yang merayakan akhir musim panas dan awal musim dingin. Samhain, yang berarti “akhir musim panas”, adalah titik ketika bangsa Celtic percaya bahwa tabir antara dunia orang hidup dan dunia mati berada pada titik tertipisnya.
Menurut Ensiklopedia Sejarah Dunia, pada masa Samhain, roh orang mati diyakini kembali ke bumi untuk berinteraksi dengan orang hidup. Ritual yang dilakukan pada saat itu antara lain menyimpan makanan untuk musim dingin, membunuh hewan, dan api besar yang disebut “api tulang”.
Orang-orang masih mengenakan pakaian dan menutupi wajah mereka dengan abu untuk menakuti roh jahat. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi kebiasaan berdandan Halloween modern.
Kekristenan Samhain: Transisi ke Hawa Semua Orang Kudus
Dengan munculnya agama Kristen, banyak tradisi pagan diubah dan diadaptasi menjadi perayaan Kristen. Paus Boniface IV merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam Kristenisasi tradisi pagan, termasuk Samhain. Pada abad ke-9, Gereja mengubah perayaan Samhain menjadi All Hallows Eve, yang kemudian dikenal sebagai Halloween.
Menurut Encyclopedia of World History, alasan dibalik perubahan tanggal perayaan All Saints’ Day dari 13 Mei menjadi 1 November adalah karena Christian Samhain. Dengan begitu, tradisi-tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat bisa terus dilestarikan, meski dalam bentuk baru.
Pengaruh tradisi lain pada Halloween
Tak hanya Samhain, tradisi Romawi seperti Lemuria dan Feralia juga turut mempengaruhi Halloween. Lemuria adalah festival yang didedikasikan untuk menenangkan semangat istirahat, sedangkan Feralia adalah waktu untuk menghormati leluhur.
Ensiklopedia Sejarah Dunia mencatat bahwa orang-orang mengunjungi makam leluhur mereka selama festival Feralia dan memberikan persembahan makanan dan bunga. Tradisi ini mirip dengan “jiwa”, di mana orang-orang miskin mengetuk pintu untuk meminta makanan sebagai imbalan atas doa bagi arwah orang yang meninggal.
Hari Guto Fawkes dan Perkembangan Tradisi di Inggris
Di Inggris, perayaan Halloween juga dipengaruhi oleh Hari Guto Fawkes yang diadakan setiap tanggal 5 November untuk memperingati kegagalan mesiu pada tahun 1605.
Malam itu, orang-orang menyalakan api unggun Guto Fawc dan menyalakan kembang api. Tradisi ini juga mempengaruhi cara orang Inggris merayakan Halloween, termasuk penggunaan topeng dan kembang api.
Encyclopedia of World History menyebutkan bahwa tradisi ini menyebar ke Amerika Utara ketika para imigran Inggris datang, membawa serta tradisi mereka. Namun perkembangan Halloween di Amerika telah mengalami perubahan yang signifikan, terutama dengan masuknya tradisi Irlandia.
Halloween di Amerika: Pengaruh Imigran Irlandia
Gelombang besar imigrasi Irlandia ke Amerika pada abad ke-19 membawa tradisi Samhain yang kemudian menyatu dengan budaya lokal dan berkembang menjadi Halloween seperti yang kita kenal sekarang.
Ensiklopedia Sejarah Dunia menjelaskan bahwa salah satu tradisi yang paling menonjol adalah jack-o’-lantern, yang berasal dari legenda Irlandia tentang “Stingy Jack”, seorang pemabuk yang menipu iblis dan dilarang masuk neraka dan surga.
Selain itu, tradisi “trick-or-treat” populer di Amerika pada awal abad ke-20, di mana anak-anak pergi dari rumah ke rumah meminta permen, mirip dengan tradisi “memberi makan hantu”.
Halloween Modern: Dari Ritual Kuno hingga Perayaan Populer
Saat ini, Halloween telah berkembang menjadi salah satu perayaan terpopuler di dunia, khususnya di Amerika Serikat dan Kanada. Banyak elemen Halloween modern, seperti pesta kostum, dekorasi rumah seram, dan film horor, merupakan perkembangan terkini. Namun, asal muasal Halloween tetap terikat pada tradisi kuno yang merayakan perubahan, baik spiritual maupun alami.
Di negara lain, seperti Meksiko dan China, Halloween memiliki versi yang berbeda. Di Meksiko, ada perayaan “Día de los Muertos” (Hari Orang Mati), sedangkan di Tiongkok, ada “Hari Penyapuan Kuburan”. Ensiklopedia Sejarah Dunia mencatat bahwa meskipun tradisi berbeda-beda, tema dasarnya tetap sama, yaitu menghormati orang mati.
Halloween, seperti yang kita kenal sekarang, adalah hasil dari sejarah panjang dan campuran tradisi. Dari festival Samhain yang merayakan akhir musim panas, hingga perayaan komersial modern, Halloween telah banyak berubah.
Dengan memahami asal usulnya, kita dapat merayakan Halloween dengan penuh makna, tidak hanya sebagai acara hiburan, tetapi juga sebagai cerminan hubungan umat manusia dengan alam dan dunia spiritual.