Sejarah dan Lokasi Lempar Jumrah dalam Ibadah Haji

VIVA – Pembakaran batu Jamrah merupakan salah satu ritual penting dalam rangkaian ibadah haji oleh umat Islam di kota Mina dekat kota suci Mekkah. Agama ini memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya makna terkait dengan kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail serta perlawanan mereka terhadap godaan setan.

Di bawah ini adalah penjabaran sejarah dan latar belakang upacara haji selama perjalanan haji. 1. Asal usul kalimat upacara

Agama batu bermula dari peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim (AS). Menurut sejarah Islam, Tuhan Yang Maha Kuasa memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan putranya Ismail (AS) untuk menguji ketaatan dan keimanannya. Ketika Hazrat Ibrahim siap melaksanakan perintah ini, Setan muncul dan berusaha mencegahnya dengan menggoda dan menghasutnya untuk tidak menaati perintah Allah.

Nabi Ibrahim melawan godaan setan dengan melemparkan batu ke tiga tempat berbeda. Setiap kali Setan muncul, Hazrat Ibrahim akan melemparkan batu ke arahnya, yang kemudian menjadi simbol perlawanan terhadap godaan dan Setan. Ketiga tempat tersebut kini dikenal dengan nama Jamrah Ola, Jamrah Wasta dan Jamrah Uqaba 2. Latihan melempar Jammer

Pada saat ibadah haji, upacara haji dilakukan pada hari ke 10, 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah. Pada hari pertama (tanggal 10 Dzulhijjah), jamaah melempar tujuh batu ke dalam Jamrah Aqaba. Keesokan harinya (tanggal 11 hingga 13 Dzulhijjah) mereka melemparkan tujuh batu pada tiga Jamrah: Jamrah pertama, Jamrah tengah, dan Jamrah terakhir.

Batu-batu yang digunakan untuk melempar juri dikumpulkan terlebih dahulu oleh jamaah. Setiap lemparan melambangkan penolakan terhadap godaan setan dan kejahatan, serta komitmen untuk menjauhi dosa dan maksiat. Makna spiritual dan simbolisme

Akumulasi juri mempunyai makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Melempar batu bukan hanya sekedar upacara fisik, namun juga merupakan simbol perlawanan terhadap godaan setan, penolakan terhadap kejahatan dan komitmen untuk menempuh jalan yang benar sesuai ajaran Tuhan.

Upacara ini juga mengingatkan para jamaah haji akan pentingnya ketaatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim (SAW). Setiap batu yang dilempar melambangkan niat untuk menghapus dosa dan meningkatkan kualitas spiritual. Pengembangan dan pengelolaan pembuangan limbah

Seiring berjalannya waktu, jumlah jamaah haji semakin meningkat, dan hal ini menjadikan Jamhara sebagai tantangan logistik dan keamanan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Arab Saudi telah melakukan berbagai upaya untuk mengelola dan memperbaiki infrastruktur di Mena, termasuk pembangunan jembatan Jamar bertingkat agar jamaah dapat melakukan pelemparan batu dengan aman dan rutin.

Langkah-langkah ini diambil untuk memastikan pelaksanaan upacara Sangh yang aman oleh jutaan orang dari seluruh dunia. Manajemen waktu dan pemantauan yang cermat juga diterapkan untuk mengurangi risiko kecelakaan dan menjaga keselamatan masyarakat.

Sejarah rajam dalam perjalanan haji mewakili peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Ibrahim (SAW) dan ajaran ketaatan dan perlawanan terhadap godaan setan. Ritual ini tidak hanya sebagai simbol perlawanan terhadap setan, namun juga merupakan bentuk ketaatan, pembersihan diri dari dosa dan komitmen hidup sesuai ajaran Tuhan.

Dengan dibangunnya infrastruktur dan pengelolaan yang baik, Sangjamarah dapat dilaksanakan secara aman dan teratur sehingga menjadikan jamaah haji dapat melaksanakan ibadah yang bermakna dan bermakna.

Baca artikel menarik VIVA di tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *