Sejarah Tongkat Kiai Tjokro Milik Pangeran Diponegoro: Pemegangnya Bisa Jadi Pemimpin?

Jakarta, Titik Kumpul – Tongkat jalan peninggalan kanjeng Kiai Tjokro (Cakra) milik Pangeran Diponegoro belakangan menjadi sorotan di media sosial.

Staf ini diselimuti mitos dan menarik banyak perhatian karena siapa pun yang memegangnya dianggap sebagai pemimpin.

Tongkat itu dinamakan Tjokro atau Cakra karena ujung atasnya berbentuk bulat seperti bulan.

Tongkat berukuran 153cm ini baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 2015 setelah disimpan di Belanda selama 179 tahun.

Tongkat estafet dikembalikan oleh keluarga Baud kepada Baron Jean Chretien sebagai Gubernur Jenderal yang bertugas di Hindia Belanda pada tahun 1833 hingga 1836.

“Sebagai pewaris Jean Chretien Baud, beliau menyerahkan tongkat estafet Kanjeng Kiai Tjokro (Cakra) yang pernah menjadi milik Pangeran Diponegoro,” demikian bunyi situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin, 2 September. Tahun 2024.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari beberapa sumber, tongkat Kiai Tjokro dibuat untuk Sultan Demaki pada abad ke-16. Namun belum diketahui secara pasti siapa sultan tersebut.

Setelah runtuhnya kerajaan Demak, tongkat tersebut jatuh ke tangan seseorang yang diwariskan secara turun temurun. Singkat cerita, tongkat estafet diberikan kepada Pangeran Diponegoro pada tahun 1815.

Sejak saat itu, para staf Kiai Tjokro tak pernah meninggalkan Pangeran Diponegoro dalam melakukan perjalanan spiritual ke berbagai tempat.

Sepuluh tahun kemudian, Pangeran Diponegoro menyatakan perang terhadap Belanda. Pertempuran ini dikenal dengan nama Perang Jawa atau Perang Diponegoro.

Saat Diponegoro ditangkap dan diasingkan pada 11 Agustus 1829, Kiai Tjokro dimiliki oleh Raden Tumenggung alias Pangeran Adipati Notoprojo, keponakan Nyi Ageng Serang, panglima wanita pasukan Diponegoro.

Adipati Notoprojo yang berada di jajaran Diponegoro membelot ke Belanda dan menjadi sekutu Hindia Belanda pada 24 Juni 1827.

Ia kemudian menyerahkan tongkat estafet Kiai Tjokro kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1833-1836) Jean Chretien Baud pada tahun 1834.

Ketika tugas Baud berakhir pada tahun 1836, ia kembali ke Belanda bersama Tongkat Kiai Tjokro. Keturunan Baud memegang tongkat estafet sejak saat itu.

Singkat cerita, pada bulan Februari 2015, setelah 179 tahun di Belanda, keluarga Baud mengembalikan Tongkat Kiai Tjokro ke Indonesia.

Keluarga besar Baud yang diwakili oleh Michiel Baud menyerahkan tongkat estafet kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Anies Baswedan. Anies mewakili Presiden Jokowi yang saat itu sedang berada di Filipina. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *