Seksisme Militer Israel, Nasib Tentara Wanita Dibiarkan Mati Jadi Tumbal

LANGSUNG – Isu seksisme mengungkap kebenaran tentang bagaimana komando Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperlakukan tentara perempuan, khususnya dalam konflik bersenjata dengan kelompok Hamas di Palestina.

Titik Kumpul Military mengatakan dalam pemberitaan sebelumnya bahwa beberapa tentara wanita Israel, yang identitas dan unitnya dirahasiakan, telah mengungkap masalah sebenarnya seksisme di tentara Zionis.

Seorang tentara Israel mengatakan, sebelum serangan Hamas terhadap warga Palestina pada 7 Oktober 2023, dia dan rekan-rekannya mengeluarkan peringatan kepada komando tinggi.

Laporan tersebut berdasarkan pengamatan internal, setelah perempuan Israel di tentara Israel melihat peningkatan aktivitas militer kelompok Palestina Hamas.

Rupanya, laporan tersebut tidak dianggap penting oleh komando militer Israel. Mengingat hal itu, tentara yang menyerah kepadanya berasal dari satuan yang beranggotakan perempuan Israel.

“Ini adalah unit yang terdiri dari perempuan muda dan komandan muda,” kata seorang tentara perempuan Israel yang identitasnya dirahasiakan.

“Tidak ada keraguan bahwa jika seorang pria duduk di depan layar ini, segalanya akan terlihat berbeda,” kata tentara Israel tersebut.

Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa, para tentara wanita Israel ini sama sekali tidak menyadari tingkat pengawasan di sana.

Pengakuan ini didasarkan pada keputusan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Israel yang memperingatkan akan adanya serangan dan penyerangan di dalam perbatasan.

“Tidak ada yang memberi tahu kami bahwa ada pengawasan tingkat tinggi,” kata tentara Israel, dikutip Titik Kumpul Military Russia Today.

Yang lebih parahnya adalah para tentara perempuan Israel ini mengakui bahwa organisasi tempat mereka bekerja telah meninggalkan mereka. Bukan tanpa alasan, komando militer Israel disebut tidak membawa senjata dan membiarkan unitnya dihancurkan oleh tentara.

“Tentara meninggalkan kami seperti bebek, setidaknya (kami punya) senjata, dan mereka membunuh kami seperti pahlawan. Sebaliknya, pasukan (kami) meninggalkan kami dan dengan mudah dibantai tanpa kami sempat membela diri,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *