Semangat Pemuda Pengolah Limbah Organik Ini Berikan Kontribusi untuk Indonesia yang Lebih Baik

VIVA – Pemuda sibuk lainnya adalah Gilang Wahab (36), asal Desa Banjarnyar, Kecamatan Sokaraya, Banyumas, Jawa Tengah.  Archie aktif bepergian ke berbagai kota untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Salah satu kolaborasi yang paling intensif belakangan ini adalah dengan Taman Safari Indonesia (TSI) yang fokus pada pengelolaan sampah organik di Kota Bogor.

Yang lain menggunakan lalat tentara hitam (BSF) atau larva lalat untuk menguraikan sampah organik. Banyak sekali sampah organik yang berpotensi didaur ulang di lokasi TSI Bogor.

Kolaborasi ini dimulai pada bulan November lalu, dan saat ini mereka sedang membangun fasilitas untuk menumbuhkan magnet untuk pengomposan sampah organik. Proses pengolahan limbah seharusnya dimulai pada Maret 2023.

Proyek TSI Bogor akan menjadi percontohan bagi TSI lainnya, dimana sampah organik akan diolah menjadi magnet yang menjadi sumber protein untuk pakan ikan, serta kotoran atau limbah pertambangan. Tujuannya adalah menghasilkan 1 ton unggas per hari.

Selain bekerja sama dengan TSI Bogor, TSI Bogor juga mencari bantuan untuk mengatasi permasalahan sampah di Bali dengan konsep yang sama, yakni dengan mengembangkan magnet.

Selain itu juga menjalin kerja sama dengan mitra di Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Saat ini, Arki bersama mitranya mampu mengolah 60 ton sampah organik.

Mereka bekerja sama dengan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Banyum dan Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE). Total mitra yang berpartisipasi mencapai lebih dari 2500 orang.

Setelah lulus dari ITB, Araki terlebih dahulu kembali ke desanya dan mulai membangun usahanya di Bandung. Ia kembali ke Banyuma pada tahun 2018 ketika terjadi krisis sampah di daerah tersebut. Dia memulai bisnis ini dengan tiga orang termasuk saudara perempuannya dan seorang temannya dan mengelola limbah tiga rumah.

Namun berkat kegigihan dan kerja keras, usaha mereka berkembang pesat dan pada tahun 2019 mereka mulai mengelola sampah hingga ke Desa Banjarnyar. Yang lain mengatakan bahwa semakin banyak magnet yang didaur ulang, semakin banyak pula sampah organik yang dapat didaur ulang.

Magnet mampu mengurai sampah organik seberat 4-10 kali berat badan dalam waktu singkat. Artinya sampah organik tidak diolah, tapi bisa juga dihasilkan pupuk organik yang berguna untuk pertanian.

Selain itu, budidaya magnet juga menjanjikan karena dapat dijadikan pakan ikan yang kaya protein. Pasar jamur masih terbuka dan permintaannya tinggi.

Yang lain bisa memproduksi magnet 120 ton dengan omzet sekitar 500 ton per bulan, namun permintaan pasar mencapai 1000 ton per bulan, yang juga dituntut Jepang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *