JAKARTA – Penyakit demam berdarah masih menjadi perhatian, apalagi dengan adanya perubahan iklim belakangan ini yang menyebabkan berkembangnya nyamuk Aedes aegypti. Keadaan tersebut terlihat dari jumlah penderita demam berdarah yang tercatat pada minggu ke-11 tahun 2024 sebanyak 35.556 jiwa.
Seseorang yang pernah menderita demam berdarah bisa saja terkena demam berdarah lagi. Sebab virus dengue penyebab DBD ada empat bentuknya. Jika seseorang sebelumnya pernah tertular demam berdarah sterotipe 1, ia mungkin masih tertular jenis demam berdarah lainnya.
Benarkah orang yang terkena demam berdarah dua atau tiga kali lipat lebih parah? Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Imran Pambudi mengatakan wabah demam berdarah ketiga ini mungkin akan semakin parah.
Sebab bila tertular lagi virus dengue, maka sistem kekebalan tubuh akan terserang dan timbul masalah besar. Tindakan ini melemahkan sistem kekebalan tubuh akibat virus karena tidak mampu menghasilkan antibodi yang memadai.
Biasanya yang kena pertama kali tidak ada gejala, yang kedua dan ketiga biasanya lebih parah karena masalah imunologinya lebih serius, ujarnya dalam Talkshow #Ayo3mplusDBDvaccine di Jakarta Selatan , Kamis 21 Maret 2024.
Akibatnya, dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi jika tertular kembali demam berdarah. Imam mengatakan, risiko kematian bergantung pada penanganan dini penyakit tersebut.
Resiko kematiannya tergantung cepat diobati karena tidak ada obatnya. Karena hanya cair, maka ASInya harus cukup, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Kalau terlalu banyak menyebabkan edema paru, paru-paru akan mati. diisi air,” katanya.
Terkait pengobatannya, Imran mengatakan, orang tua yang anaknya demam tidak perlu lagi menunggu selama tiga hari. Sebab saat ini sedang ada Ujian Tidak Terjadwal 1 (NS1).
Tes NS1 merupakan tes yang mendeteksi adanya protein, protein yang terlibat dalam virus Dengue penyebab demam berdarah dengue atau DBD. Tes ini dapat mendeteksi virus sejak dini, bahkan sebelum gejala pertama muncul.
“Sangat cepat. Tidak perlu apa-apa (tunggu tiga hari sebelum tes) karena sekarang sudah ada tes NS1 yang bisa mendeteksi antigen virus. Jadi kita tidak perlu lagi mempelajari antibodi karena butuh waktu lama. “Antibodi sekarang sudah bisa terdeteksi dengan NS1,” katanya.