Jakarta, Titik Kumpul – Nama Sarwendah kembali menjadi sorotan netizen setelah sebuah video online memperlihatkan dirinya meminta furnitur kepada Raffi Ahmad. Hal ini mengundang komentar berbeda dari warganet yang bahkan menuding Sarwendah sebagai “pengemis”.
Meski bungkam, Sarwendah memberikan jawaban yang menjelaskan maksud sebenarnya dari video tersebut. Minggir, oke?
“Karena Onyo (Betrand) ada di dalamnya, saya lihat harus ada perlindungan. “Ini soal anak-anak, jadi harus saya ceritakan,” jelas Sarwendah saat menjadi pembicara dalam acara Obrolan Sepanjang Masa di YouTube Trans7 Official, Rabu, 20 November 2024.
Jika biasanya ia memilih untuk tidak menanggapi teks negatif, lain halnya karena berdampak pada anak-anak, meski Raffi Ahmad menyarankan agar ia tenang.
Biasanya saya akan mengabaikan mereka, “tetapi karena ada anak-anak, saya harus memberi tahu mereka,” lanjutnya.
Sarwendah menjelaskan, permintaan furnitur merupakan hal yang lumrah dalam budaya pindah rumah, “Orang yang pindah rumah selalu meminta apa yang dibutuhkannya. Kalau dikasih barang yang sudah tidak terpakai akhirnya disimpan. Apa yang dilakukannya ya? ” Dia berkata.
Di saat yang sama, Betrand Petom pun menanggapi komentar netizen yang kerap salah paham atau menghina keluarganya. Ia mengaku lelah menghadapi komentar negatif dan lebih memilih tetap fokus pada pekerjaannya.
“Oh gimana ngomongnya, itu udah jadi batu anaknya. Aku capek jawabnya” ucap Betrand.
Bertrand pun menceritakan pengalamannya saat dirinya dan Sarwendah menjadi korban fitnah warganet.
“Untuk pertama kalinya, artinya saat aku dan ibuku dikritik oleh netizen, aku berpikir, ‘Oh, kalau kamu mengatakan sesuatu itu salah, tetapi jika kamu tidak mengatakannya, maka akan dikatakan kamu membenarkan hal itu. informasi.” katanya.
Pada akhirnya, Bertrand memutuskan untuk menggunakan waktu streaming langsung di media sosial sebagai cara terbaik untuk menyebarkan berita.
“Waktu terbaik adalah di tempat saya tinggal, jadi saya bisa menjelaskannya dengan cepat,” ujarnya.
Ia juga mendapat dukungan dari para penggemar yang sering merekam komentar langsungnya dan membagikannya secara luas. Namun, Bertrand menyadari bahwa tidak semua orang bisa memahami atau menerima penjelasannya.
“Selama saya membuat status di Instagram, orang lain akan mendengarkan saya, tetapi mereka yang membenci saya akan tetap menjadi haters,” kata Betrand.
Dengan nada tenang, ia menambahkan, kehadiran haters memang ada konsekuensinya.
“Menurutku, teruslah membenci. Karena kalau haters tidak ada, orangnya tidak akan banyak,” kata Betrand sambil tersenyum.
Dia juga menjelaskan bahwa keputusannya untuk melakukan live streaming secara rutin di platform seperti TikTok adalah inisiatif pribadi.
“Saya ingin mencari nafkah sendiri. Di rumah, kalau tidak belajar, saya main sepak bola, habis sepak bola saya bekerja, saya menembak. Jadi saya pikir, ya, langsung saja saya kerjakan, itu saja,” jelasnya. . .
Namun hal ini sering disalahartikan oleh pengguna internet. Ada anggapan ia dipaksa hidup oleh Sarwendah.
“Warganet berpendapat seperti ini, kasihan anaknya disuruh hidup,” kata Sarwendah menggemakan pandangan warganet.
Selain soal siaran langsung, Betrand juga mengungkapkan kehidupan kampusnya kerap dijadikan spekulasi oleh netizen bahkan para penggemarnya.
“Fans sering membandingkan saya, bukan hanya dengan ibu saya, tapi dengan teman kuliah saya. Jadi teman kuliah saya takut untuk bersama saya,” kata Betrand.
Menurutnya, hal tersebut membuatnya sulit mendapatkan teman saat kuliah, padahal tujuannya adalah menimba ilmu dan memperluas pergaulan.
“Aku ingin mendapat lebih banyak teman, aku tidak serius. Tapi ini menyulitkannya,” lanjutnya.