JAKARTA – Siapa yang tidak suka mie? Rasanya tidak ada orang yang tidak menyukai mie instan karena rasanya yang lezat membuat mereka menyukainya. Selain itu, proses pembuatannya yang efisien dan cepat membuat pasta sering dijadikan solusi cepat
Fast food merupakan salah satu jenis makanan instan yang digemari karena dianggap murah, mudah dimasak, dan memiliki rasa yang beragam. Maka tak heran jika pasta kerap disajikan berlimpah di dapur rumah.
Di benua Asia, mie instan mempunyai banyak jenis dan ragamnya. Bahkan di Indonesia, salah satu merek mie instan telah menyebar ke seluruh dunia dan dikenal sebagai mie instan terenak yang pernah mereka santap seumur hidup.
Namun, mengonsumsi pasta seringkali tidak baik untuk tubuh. Sering makan pasta disebut-sebut bisa menyebabkan penyakit ginjal. Apakah ini benar?
“Yang makan sekaligus itu orang Asia, jadi kalau ke Eropa tidak banyak orang yang makan makanan seperti itu, itu budaya Asia. “Jadi Korea, Jepang, tapi data yang ada tidak menyebutkan bahwa makan mie langsung menyebabkan gangguan ginjal,” kata dokter spesialis penyakit dalam, konsultan ginjal dan hipertensi Dr. Dina Nilasari, Ph.D., Sp.PD-KGH, di acara tersebut. Acara Kalbe Academia for Media dalam rangka Hari Ginjal Sedunia 2024, Kamis, 14 Maret 2024.
Namun, Dina mewanti-wanti mengenai kandungan natrium atau garam pada makanan lokal, termasuk pasta. Selain itu, rata-rata satu bungkus mie instan mengandung sekitar 890 mg natrium. Belum lagi apakah hari itu kita mengonsumsi makanan lain yang juga mengandung natrium. Bahkan asupan natrium hariannya tidak melebihi 2.400 mg atau setara dengan 6 gram garam.
“Tetapi kenyataannya makanan-makanan ini, yang semuanya merupakan makanan olahan, mengandung banyak natrium. “Ada makanan sehat yang kita makan yang sebenarnya tidak penting,” lanjut Dina.
Dina juga berpesan agar masyarakat memilih makanan sehat dibandingkan mengonsumsi makanan matang seperti dulu. Meski demikian, masyarakat boleh langsung mengonsumsi mie namun tidak berlebihan.
“Kita harus makan makanan sehat. “Sesekali boleh saja, tapi tidak disarankan memakannya terus-menerus,” ujarnya.
Seperti diketahui, terlalu banyak mengonsumsi natrium dapat meningkatkan risiko penyakit serius yang juga dapat memengaruhi sistem ginjal.
Ketika pembuluh darah rusak, nefron yang menyaring darah tidak menerima oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik. Inilah sebabnya mengapa hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi penyebab utama penyakit ginjal.
Seiring waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan arteri di sekitar ginjal menyempit, melemah, atau mengeras. Arteri yang rusak ini tidak mampu memasok cukup darah ke jaringan ginjal. Akibatnya ginjal tidak akan berfungsi dengan baik.