JAKARTA – Bangun kesiangan merupakan hal yang lumrah atau lumrah, terutama di masyarakat perkotaan. Salah satu penyebab seseorang tidur larut malam berkaitan dengan pekerjaan. Tak jarang, orang yang terjaga di malam hari memilih minuman energi atau minuman energi agar tetap sejuk di malam hari.
Tumpukan pekerjaan mau tidak mau membuat mereka tidur larut malam. Namun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidur larut malam berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Salah satu topik yang sedang menjadi perbincangan hangat adalah kesehatan ginjal. Banyak anggapan di masyarakat bahwa tidur larut malam kerap menyebabkan gangguan ginjal.
Apakah itu benar? Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Darah Tinggi, Dr. Dina Nilasari, Ph.D., Sp.PD-KGH, angkat bicara. Sejauh ini, kata dia, belum ada penelitian yang menunjukkan adanya hubungan langsung antara tidur larut malam dengan penyakit ginjal.
“Sebenarnya sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan implikasi langsung terhadap gagal ginjal lanjut,” kata Kalbe dalam acara Academia for Media pada Hari Ginjal Sedunia 2024.
Namun, Dina mengatakan orang yang tidur larut malam sering kali meminum minuman berenergi. Banyak orang yang percaya bahwa minuman berenergi membantu mereka merasa lebih ‘melek’ dan lebih sejuk saat begadang. Faktanya, konsumsi minuman energi ini bisa memicu gangguan kesehatan ginjal dan gagal ginjal, kata Dina.
“Minuman energi yang Anda dapatkan mengandung kafein. Namun minuman energi ini memiliki kandungan lain yang jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat mengganggu fungsi ginjal secara serius. Penelitian menunjukkan dapat menyebabkan gagal ginjal jika dikonsumsi berlebihan,” dia dikatakan.
Minuman berkarbonasi
Sementara itu, dr D juga punya penjelasan mengenai seringnya masyarakat Indonesia mengonsumsi minuman berkarbonasi, bahkan saat tidur larut malam. Namun tahukah Anda, ternyata hal tersebut juga tidak baik bagi kesehatan manusia.
Ini sangat tinggi gula. Selain itu, minuman ringan mengandung terlalu banyak natrium atau garam.
“Kita menghindari natrium, natrium identik dengan garam dan segala sesuatu yang asin. Makanan kemasan biasanya menggunakan bahan pengawet natrium, termasuk minuman berkarbonasi,” kata dokter spesialis gizi klinis Dr. Maria Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM.
Seperti diketahui, konsumsi natrium atau garam berlebihan bisa memicu tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat memicu komplikasi penyakit ginjal. Sekadar informasi, mengutip situs American Heart Association, ginjal dan sistem peredaran darah saling bergantung untuk menunjang kesehatan yang baik. Ginjal membantu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah, dan banyak pembuluh darah yang digunakan dalam proses penyaringan ini.
Ketika pembuluh darah rusak, nefron yang menyaring darah tidak dapat menerima oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik. Inilah sebabnya mengapa hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi penyebab gagal ginjal nomor dua. Seiring waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan arteri di sekitar ginjal menyempit, melemah, atau mengeras. Arteri yang rusak ini tidak dapat memasok cukup darah ke jaringan ginjal.