JAKARTA – Berbagai cerita terjadi sepanjang sejarah Piala Eropa. Namun Kejuaraan Eropa 2004 yang digelar di Portugal meninggalkan banyak kenangan tak terlupakan.
Yang paling epik adalah keberhasilan timnas Yunani menjadi juara. Yunani mengalahkan tuan rumah Portugal 1-0 pada final di Estadio da Luz di Lisbon pada 4 Juli 2004. Itu merupakan satu-satunya gelar internasional Yunani hingga saat ini.
Selain itu, masih banyak kejutan lain di Piala Eropa 2004. Tiga tim unggulan yakni timnas Italia, Spanyol, dan Jerman gagal lolos dari babak penyisihan grup.
Namun, di antara tim-tim tersebut, kegagalan Italia adalah yang paling menonjol. Timnas Denmark dan Timnas Swedia dituding saling menggoda untuk menyingkirkan Glio Azur. Apalagi kedua negara bertetangga, sama-sama berada di kawasan Skandinavia. Ini merupakan salah satu skandal paling mengejutkan dalam sejarah Piala Eropa.
Posisi Italia kritis setelah memainkan dua laga di Grup C dengan 2 poin dari 2 laga. Sedangkan Denmark dan Swedia yang akan saling berhadapan di laga final mengumpulkan 4 poin.
Situasi ini memungkinkan tiga tim untuk mengumpulkan masing-masing 5 poin dan menggunakan aturan perilaku bersama-sama. Swedia bermain imbang 1-1 dengan Italia, sedangkan Denmark bermain imbang 0-0 dengan Gli Azzurri.
Jadi, jika Swedia dan Denmark bermain imbang 2-2, Italia dijamin tersingkir, apapun hasil melawan Bulgaria.
Skor kontroversial 2-2
Apa yang ditakutkan warga Italia memang terjadi. Denmark dan Swedia bermain imbang 2-2 di Estadio do Bessa, Porto pada 22 Juni 2004. Denmark memimpin melalui Jon Dal Tomasson pada menit ke-28, sebelum Henrik Larsson mencetak gol dari titik penalti pada menit ke-47.
Thomasson kembali membawa Denmark unggul (66′). Namun, Mathias Johnson (89′) menyamakan kedudukan jelang pertandingan berakhir. Denmark dan Swedia lolos ke perempat final, Italia mengumpulkan tasnya.
Anehnya, sebelum pertandingan berakhir, banyak suporter Denmark dan Swedia yang membentangkan spanduk bertuliskan skor 2-2. Seolah-olah dia tahu hasil ini akan terjadi.
Dalam laga yang digelar bersama di Stadion D. Afonso Henriques, Italia mengalahkan Bulgaria 2-1. Antonio Cassano mendapatkan kemenangan untuk Gli Azzurri di masa tambahan waktu.
Namun hasil tersebut tak ada artinya setelah Denmark bermain imbang 2-2 dengan Swedia. Saking kesalnya, Cassano menendang botol minum di penghujung pertandingan.
Namun, hingga saat ini anggapan rayuan tersebut belum bisa dibuktikan. Bahkan, salah satu pemain Denmark, Thomas Hellweg, tak sependapat.
“Ini adalah pertandingan yang adil. Kami ingin menyingkirkan Swedia, karena persaingan yang sudah berlangsung berabad-abad antara kedua negara. Saya tahu Italia memiliki keraguan, namun tidak adil melihat apa yang terjadi,” kata Hellweg kepada La Gazzetta dello. Olahraga. . .
“Dapatkah Anda bayangkan tekanan pada saya, Martin Jorgensen, dan Jon Dal Thomasson? Kami bermain di Italia dan kami ingin Denmark lolos. Namun kami juga menyadari bahwa ada kontroversi ketika kami kembali dan hasilnya seri.”
“Kami merasa seperti berada di lapangan,” kata pria yang pernah bermain untuk Milan dan Inter.
UEFA menilai tidak ada yang mencurigakan dalam pertandingan tersebut. Itu berarti tidak ada penyelidikan.
Namun Denmark dan Swedia langsung tersingkir di babak perempat final. Denmark mengalahkan Republik Ceko 0-3. Sedangkan Swedia kalah 4-5 (0-0) melalui adu penalti melawan Belanda. Apakah ini karma karena menggoda?