Titik Kumpul Gaya – Baru-baru ini muncul informasi di media sosial yang menghimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan boikot. Pasalnya, beberapa perusahaan lokal ada yang berafiliasi dengan Israel, namun secara agresif mengeksploitasi isu boikot tersebut untuk tujuan lain.
Masyarakat juga curiga dengan framing boikot yang dilakukan sebagian pihak melalui ormas informal untuk mengeksploitasi isu pembelaan Palestina demi kepentingan bisnis dan merugikan produk pesaing. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk! Terkait banyaknya nama atau merek produk pro-Israel yang diasosiasikan dengan negara tersebut, MUI harus mengklarifikasi bahwa MUI tidak pernah memberikan daftar produk dari perusahaan yang mendukung atau berafiliasi dengan Israel. Semua itu adalah penipuan, kata perwakilan tersebut. . Ketua Umum MUI Anwar Abbas dalam jumpa pers sebelumnya.
Menurut Abbas, yang dilarang MUI dalam fatwa tersebut bukanlah produknya, apalagi jika produk tersebut sudah mendapat sertifikat halal.
“Yang dilarang MUI dalam fatwanya adalah mendukung tindakan biadab Israel yang tidak mengenal syarat kemanusiaan dan keadilan,” ujarnya.
Hal serupa juga ditegaskan oleh gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) dengan mengecualikan Danone dari daftar produk yang diboikot. Dikutip dari akun X (Twitter), BDS Indonesia mengeluarkan beberapa merek yang patut diboikot untuk menghentikan agresi Israel di Palestina.
“Jadi, di mana kita harus memboikot? Mengapa banyak sekali merek yang masuk dalam daftar boikot yang viral? Mulai dari mana? Mengapa daftar di BDS lebih sedikit?” tulis BDS ke akun X.
“Boikot dengan target yang dipilih harus efektif,” kata BDS Indonesia.
Agar target boikot ini berhasil, BDS Indonesia menyarankan masyarakat Indonesia untuk fokus pada beberapa perusahaan yang dipilih dengan cermat untuk memaksimalkan dampaknya.
“Karena daftarnya yang panjang akan membuat strategi kita tidak efektif, dan akan sulit melakukan boikot dalam jangka panjang,” lanjut BDS.
Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) telah merilis daftar nama perusahaan yang jelas-jelas berafiliasi dalam mendukung agresi Israel terhadap Palestina. Di antara nama perusahaan tersebut, daftarnya tidak mencantumkan nama perusahaan Danone.
Pakar pemasaran, Hermawan Kartajaya, mengingatkan industri lokal agar tidak memanfaatkan situasi konflik Israel-Palestina untuk kepentingan bisnisnya sendiri dengan sengaja merugikan pesaingnya.
“Isu politik di negara lain tidak boleh dibawa ke dalam politik politik. Artinya memanfaatkan isu politik untuk menciptakan isu boikot dengan sengaja merusak produk pihak lain,” ujarnya.
Menurutnya, jika isu boikot itu berasal dari masyarakat sendiri tanpa dukungan beberapa pihak, maka tidak akan menjadi masalah. Belakangan setelah konflik mereda, isu boikot ini langsung hilang. Dan dia memperingatkan perusahaan-perusahaan yang melakukan penipuan untuk berhati-hati karena hal itu dapat menjadi bumerang ketika keadaan kembali tenang.
Sementara itu, pakar persaingan usaha Ningrum Natasya Sirait mengatakan, fatwa yang dibuat beberapa organisasi terhadap produk Israel dan afiliasinya hanya sekedar isyarat moral dan tidak terlalu efektif dalam meredam omzet perusahaan yang diboikot.
“Karena fatwa tersebut tidak mengikat secara hukum. “Bisa tidaknya, tergantung masyarakatnya,” ujarnya.
Menurut Ningrum, lain halnya jika negara mengeluarkan fatwa.
“Tentunya akan berdampak pada penurunan omzet perusahaan-perusahaan yang diboikot karena bersifat wajib,” ujarnya.