Sosok Raja Jawa yang Sesungguhnya Menurut Habib Rizieq Shihab

Jakarta, Wiwa – Habib Riziek Shihab (HRS) pun membahas istilah “Raja Jawa” yang kini ramai diperbincangkan masyarakat. Menurutnya, raja Jawa adalah orang yang berkelakuan baik, terkenal, atau dekat dengan masyarakat.

Habib Riziek mengatakan, raja Jawa yang dimaksud adalah Sultan Hamengkubuwono X, gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

 Eh, Raja Jawa yang sebenarnya adalah Sultan Hamengkubuwono di Yogyakarta, Raja Jawa. Beliau santun, cerdas, populer, dekat dengan rakyat, keluarganya tidak sombong, kata Riziq Shihab di YouTube Fokus Ramin, dilihat Selasa Selasa ke-3. Malam bulan September 2024.

Habib Rizik pun mengikuti adat Sultan H.B

“Orang-orang di jalan masih naik angkutan umum, naik becak, tidak naik jet pribadi. Itu hanya raja Jawa sungguhan,” tegasnya, mengundang gelak tawa orang-orang di sekitarnya.

Sebelumnya, istilah Raja Jawa pertama kali disinggung oleh Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahdalia saat menyampaikan visi dan misinya pada Musyawarah Nasional Golkar ke-11 pada Rabu, 21 Agustus 2024 di JCC Senayan, Jakarta.

Namun Bahlil tidak menyebutkan secara spesifik raja Jawa mana yang dimaksud.

“Jadi patennya harus lebih banyak, karena Raja Jawa, kalau kita main-main, kita akan mendapat masalah, saya cuma bilang, jangan coba-coba main-main dengan barang ini. Wah, barang ini menakutkan. .” kata Bahlil.

Sontak, pernyataan Bahlil tentang raja Jawa menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat dan tokoh politik.

Mantan Ketua Umum DPP Golkar Airlanga Hartarto mengatakan, Bahlil mengatakan tentang raja jawa bahwa dia adalah raja jawa idaman bukan dari sekarang tapi dari zaman dulu.

Perwakilan Istana, Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO), Hassan Nasbi mengatakan, apa yang disampaikan Bahlil hanyalah pernyataan politik.

“Tolong jelaskan secara pribadi,” kata Nasby.

Setelah komentar raja Jawa itu menuai kontroversi, Bahlil keluar dan menjelaskan bahwa komentarnya hanyalah lelucon politik.

Bahlil berkata: “Oh, itu lelucon politik. Itu lelucon politik. Itu bukan pernyataan politik.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *