Standardisasi Budidaya Dongkrak Produktivitas

Jakarta, VIVA – Digitalisasi diartikan sebagai peralihan dari cara konvensional ke sistem digital dengan menggunakan perangkat dan jaringan Internet.

Perubahan ini dapat terjadi pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk digitalisasi sektor pertanian.

Sama halnya dengan aktivitas konvensional, sektor pertanian saat ini mampu bertahan dan mengimbangi pesatnya perkembangan digital di masa pandemi Covid-19.

Di era digital, sistem pertanian modern dikenal dengan istilah Agriculture 4.0, yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk mendukung prosesnya.

Saat itu, para petani tidak hanya terjun langsung ke lahan pertanian, tetapi juga bekerja secara ekstensif. Berbagai proses sistem pertanian menggunakan penerapan teknologi.

Pertanian 4.0 merupakan sistem pertanian yang modern dan presisi dimana seluruh sistem terintegrasi dengan teknologi informasi digital.

Metode pertanian lainnya yang disebut dengan 4.0 smart farming atau pertanian presisi seharusnya mampu menciptakan sistem pertanian berkelanjutan.

Seperti PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III (Persero). Petani tebu didorong untuk menggunakan aplikasi Smart Precision Farming milik Petrokimia Gresic di bawah program Put People First.

Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan diri para petani dalam memanfaatkan program ekosistem yang dikembangkan, dan salah satu rangkaian program tersebut akan berhasil menyukseskan swasembada gula.

Ekosistem ini penting karena pencapaian swasembada gula dapat membantu petani mengakses modal, benih, dan fasilitas produksi.

Berikutnya aspek lain yang mempengaruhi upaya swasembada gula adalah faktor agronomi tebu, sehingga kita harus kembali ke produksi tebu terbaik, mengingat Indonesia masih bernama Belanda pada tahun 1930an. Hindia Timur merupakan eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba.

Kemudian menjadi importir gula terbesar setelah China pada tahun 1967. Pasca penggabungan pengelolaan pertanian menjadi SGN, budidaya tebu digalakkan untuk menghasilkan bahan baku tebu yang berkualitas sehingga meningkatkan produktivitas gula.

Dengan demikian, lima pabrik gula (PG) yang dikelola SGN berhasil meraih penghargaan kinerja terbaik yakni PG Modjopanggoong, PG Gempolkrep, PG Ngadiredjo, PG Pradjekan, dan PG Glenmore.

Selain mencatatkan kinerja terbaik, tiga PG tercatat memiliki perolehan laba atau gain tertinggi yakni PG Modjopanggoong, PG Ngadiredjo, dan PG Gempolkrep pada Agustus 2024 dengan imbal hasil ketiganya masing-masing sebesar 7,92, 7,67, dan 7,59.

“Komitmen kami adalah memperkuat ekosistem tebu kerakyatan dan memperkuat kinerja pabrik. Direktur Senior SGN Mahmudi mengatakan, “Karena itu, lima PG berkinerja terbaik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *