Jakarta, Titik Kumpul – Pasangan yang menderita alergi berisiko tinggi menularkannya kepada anaknya. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab anak mengalami alergi susu sapi (ASS), selain ketidaksesuaian dengan kandungan kasein dan whey pada protein susu sapi.
Riwayat penyakit dalam keluarga merupakan kontributor penting terhadap risiko SEA pada anak. Data saat ini menunjukkan bahwa SSA terus menjadi tantangan kesehatan yang signifikan, khususnya di kalangan anak balita. Gulir untuk informasi lebih lanjut!
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi KLHS di Indonesia berkisar antara 2 hingga 7,5 persen. Dengan jumlah anak usia di bawah lima tahun yang mencapai sekitar 21 juta jiwa, berarti sekitar 420.000 hingga 1.575 juta anak Indonesia berpotensi menghadapi alergi susu sapi.
Jika ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit alergi, maka tidak 100% kemungkinan penyakit tersebut akan diturunkan kepada anaknya. Namun, ada kemungkinan hingga 80% jika baik pria maupun wanita menderita alergi.
Jika orang tua memiliki riwayat alergi, maka risiko anak terkena alergi adalah 20 hingga 30%. Namun jika kedua orang tuanya memiliki riwayat alergi, apalagi jenis alergi yang sama, maka risiko anaknya terkena alergi adalah 60 hingga 80 persen. Kondisi ini juga berlaku jika saudara kandungnya memiliki alergi terlebih dahulu kemudian risiko anak berikutnya menderita alergi adalah sekitar 25-35 persen.
“Kalau ada riwayat alergi di keluarga, itu tidak 100 persen turun temurun. Kalau salah satu orang tua alergi, kemungkinan anak juga alergi 40 persen. Tapi kalau kedua orang tuanya alergi, kemungkinannya bisa 60 persen. ,” jelas dokter spesialis alergi dan imunologi anak, Prof. Budi Setiabudiawan, dr.Sp.A(K), M.Kes, pada acara media briefing Kalbe Nutritionals mendukung anak-anak alergi susu sapi untuk melahirkan generasi anak juara dalam gizi, perhatian dan potensi. Pillar Utama, di Jakarta, Kamis 12 Desember 2024.
Bahkan bisa 80% jika kedua orang tuanya memiliki jenis alergi yang sama. Jika salah satu saudara kandungnya alergi, maka adiknya memiliki risiko alergi sebesar 35 persen, lanjutnya.
Riwayat alergi pada keluarga harus diperhatikan secara matang untuk melakukan pencegahan dini pada bayi baru lahir, agar tidak memiliki alergi terhadap susu sapi. Sebab, alergi yang terjadi pada anak di bawah umur menghambat proses tumbuh kembangnya.
“Jadi untuk mengetahui apakah anak ini berisiko terkena penyakit alergi atau tidak, didasarkan pada riwayat alergi di keluarga yaitu ayah, ibu, dan saudara kandungnya,” ujarnya.
Pencegahan dini bisa dilakukan saat hamil. Ibu hamil disarankan untuk tidak makan apapun, agar janin dalam kandungan terbiasa dan menerima berbagai jenis kandungan nutrisi. Namun perlu ditegaskan bahwa ibu hamil yang memiliki alergi, misalnya terhadap makanan laut atau unggas, tetap tidak disarankan mengonsumsi makanan tersebut agar tidak menimbulkan penyakit dan membahayakan kesehatannya.
Kalbe Nutritionals melalui Morinaga Soya menghadirkan gerakan “1000 Kisah Ibu untuk Juara Anak”, sebuah inisiatif yang mengajak para ibu di seluruh Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan anak penderita Alergi Susu Sapi (SSA).
Gerakan ini berhasil mencetak rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan mengumpulkan lebih dari 1.000 kisah inspiratif para ibu, sekaligus menjadi bukti kepedulian Morinaga Soya terhadap kebutuhan nutrisi anak Indonesia.