JAKARTA, Titik Kumpul – Stunting merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mental anak, akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting dapat menimbulkan dampak jangka panjang seperti gangguan kecerdasan, penurunan produktivitas, dan buruknya kualitas hidup.
Hal ini menjadikan stunting sebagai permasalahan penting yang perlu segera diatasi untuk mendukung pengembangan ras yang sehat dan kompetitif. Mari kita simak artikel lengkapnya di bawah ini.
Persoalan stunting ini juga mendapat perhatian belakangan ini. Berdasarkan pantauan di media sosial dan media online, permasalahan stunting yang dilakukan perusahaan Big Data dan AI NoLimit Indonesia menjadi perhatian besar masyarakat Indonesia.
Berdasarkan hasil penelusuran data sejak 1 Agustus 2024 hingga 25 November 2024, terlihat terdapat 23.135 percakapan terkait stunting di media sosial dan 12.165 pemberitaan di media online.
Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan NoLimit Indonesia, data terbaru menunjukkan bahwa stunting yang dapat menghambat tumbuh kembang anak menjadi kekhawatiran utama masyarakat Indonesia.
Hasil data NoLimit Indonesia menunjukkan terdapat 23.135 percakapan terkait setrum di media sosial dan 12.165 pemberitaan di media online.
Faktanya, kesadaran masyarakat terhadap stunting sangat tinggi, 68 persen dari seluruh perbincangan, dan pemberitaan menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat memandang bahwa dampak terbesar dari stunting adalah mempengaruhi tumbuh kembang anak, kata CEO NoLimit Indonesia. Aqsath Rasyid Naradhipa. Kepada awak media Wilayah Senyan Jakarta Pusat, Jumat 6 Desember 2024.
Lebih lanjut episode tersebut mengungkapkan bahwa jika kita melihat waktu ekstraksi data, pembicaraan tentang stunting akan meningkat 3 kali lipat pada Oktober 2024.
Peningkatan dialog ini bertepatan dengan pelantikan pemerintahan baru. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan baru akan melaksanakan program tersebut dengan harapan baru dalam memperlambat laju pembangunan.
Terungkap bahwa 50% persepsi masyarakat terhadap upaya pemerintah mengatasi stunting berkaitan dengan pemberian makanan gratis di sekolah, sedangkan 63% peran masyarakat adalah pendidikan.
“Data ini penting, pemerintah berperan melalui program-programnya, dan masyarakat juga berperan dalam memberikan edukasi mengenai penguntitan di media sosial,” imbuhnya.
Namun di satu sisi, kata dia, masih terdapat kritik terhadap kebijakan yang dinilai kurang tepat.
Terdapat 57 persen dari seluruh komentar negatif yang mengatakan bahwa program makan siang gratis di sekolah tidak tepat sasaran dan tidak menjangkau kelompok yang benar-benar membutuhkan.
Hasil lain dari analisis NoLimit Indonesia juga mengungkapkan bahwa 47 persen warganet berpendapat bahwa solusi yang lebih efektif untuk memerangi stunting adalah dengan menambah jumlah tenaga medis, khususnya dokter, di daerah terpencil.
Sebanyak 22 persen lainnya juga menyatakan pentingnya perbaikan birokrasi sehingga masyarakat miskin dan terpencil dapat mengakses layanan kesehatan dengan lebih mudah dan nyaman.
“Harapannya dengan hasil ini, pemerintah bisa lebih mendengarkan masukan masyarakat khususnya melalui media sosial, dan tentunya masyarakat dapat memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan pemerintah, sehingga komunikasi berjalan lebih baik. lebih jelas sasarannya,” kata Aqsath.