Susahnya Mencari Sekolah Negeri untuk Atlet Berprestasi di Depok

Depok – Orang tua pemain populer di Depok semakin khawatir. Sejumlah orang tua dan calon siswa yang ingin bersekolah di sekolah negeri menghadapi kenyataan pahit. Meski meraih prestasi yang signifikan, namun jerih payah para siswa tidak akan dinilai saat mengikuti Pendaftaran Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) 2024.

Setelah terungkap kasus Gagal PPDB Cyla (12) di SMPN 3 Depok kemarin, terungkap ada kasus serupa. Kali ini, siswi peraih gelar Taekwondo itu pun harus menelan pil pahit gagalnya PDB.

Nama siswa tersebut adalah Dinda. Beliau merupakan pemain Taekwondo yang sudah mencapai tingkat daerah Jawa Barat. Dinda berhasil meraih medali emas dan Piala Wali Kota Depok pada GubCup III Jawa Barat 2024, serta penghargaan pelari terbaik divisi gyorugi taruna putri pada kejuaraan yang digelar di GOR Kota Depok pada 8-9 Juni lalu.

Namun, prestasi mengesankan ini tidak cukup untuk mengamankan tempat di sekolah negeri yang didambakan tersebut. Dinda sempat mendaftar di SMPN 2 Depok namun gagal.

“Pada PPDB Bintang SMP Negeri 2 Depok, kuota jalur Non Akademik yang sebelumnya 15%, kini dikurangi menjadi hanya 5%, menyisakan 14 kursi. Pengurangan ini menambah persaingan dan menambah beban mental calon siswa dan orang tua.” Yang paling mengkhawatirkan, tes pendidikan Taekwondo tidak memiliki tata cara penilaian yang jelas,” kata orang tua Dinda kepada ON, 3 Juli 2024.

Jika dilihat dari nilai akhir, beberapa calon mahasiswa yang gelarnya tidak mencerminkan kemampuan baik justru mendapat nilai jauh lebih tinggi dari Dinda. Misalnya, calon mahasiswa yang nilai pangkatnya lebih rendah mempunyai bakat yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Dinda.

“Hal ini menimbulkan keraguan di kalangan orang tua terhadap standar penilaian tes bakat yang dilakukan pihak sekolah,” ujarnya.

Kurangnya transparansi dalam proses penilaian dan tanda-tanda ketidakadilan membuat orang tua percaya bahwa sistem yang ada saat ini tidak efektif dan berbahaya.

“Kami yakin pihak sekolah akan memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses penilaian ‘minat dan kemampuan’ Jalur Non Akademik sehingga hasil seleksi sekolah adil dan sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap calon siswa,” ujarnya.

Insiden ini membuka mata banyak orang akan pentingnya reformasi sistem penerimaan mahasiswa baru, yang seharusnya memberikan penghargaan kepada para siswa, terutama atlet tingkat tinggi, atas kerja keras dan dedikasi mereka.

“Sekolah di Depok diharapkan efisien dan adil dalam proses seleksinya agar banyak pemain berbakat tidak merasa terabaikan dan terabaikan,” ujarnya.

O.N pun memutuskan untuk mendaftarkan putranya ke sekolah swasta. Pasalnya, ia kecewa karena usahanya tidak membuahkan hasil.

“Saya mendaftarkan anak saya ke usaha swasta. “Sebenarnya kami sudah berusaha menarik perhatian pihak sekolah dalam beberapa minggu terakhir, tapi karena tidak ada respon, mungkin karena tempat yang tidak dialokasikan, akhirnya kami putuskan untuk kesana. ” dia berkata.

Ia mengaku lebih memperhatikan pengembangan bakat dan potensi anaknya dibandingkan menuntut masuk sekolah negeri. Putranya kini bersekolah di salah satu sekolah IT terbaik di Depok.

“Tahun ajaran baru akan segera dimulai, jadi kita dan anak-anak kita harus sangat percaya diri dalam memilih sekolah baru,” tutupnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *