JAKARTA – Sutradara Joko Anwar dan sutradara Korea Selatan Yeon Sang-ho, yang sama-sama dikenal karena karyanya dalam genre supernatural, membahas proyek terbaru mereka di panel CEO Netflix, termasuk Joko Anwar, Dreams and Dreams, dan Parasite: Grey. Ia berbagi pengalamannya tentang kekuatan film Asia dan proses kreatifnya.
Yon sangat mengagumi keunikan struktur cerita Mimpi Buruk dan Impian Joko Anwar. Dia terkesan dengan kenyataan bahwa setiap episode membuat penonton penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia menyatakan, dunia ciptaan Joko Anwar memiliki potensi besar untuk diterima khalayak global. Gulir ke bawah untuk melihat artikel selengkapnya.
Baik Nightmares and Dreams maupun Parasite: Gray karya Joko Anwar menggunakan efek visual untuk menciptakan dunia yang unik namun realistis. Keduanya menghadapi tantangan dalam proses kreatifnya.
Untuk membantu para aktor dalam suasana syuting, tim produksi Jocko membangun sejumlah properti di lokasi syuting, seperti menara lonceng raksasa dan rumah kecil. Ini membantu meningkatkan kualitas visual.
Sementara itu, Yoon menghadapi tugas mengadaptasi manga Parasyte menjadi sebuah seri. Meski tetap menjaga nilai estetika manga, ia harus menyesuaikan beberapa adegan agar tetap realistis. Tim grafis komputer Yon bekerja keras untuk memastikan perubahan parasit itu asli.
Yoon menyatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan cerita rakyat yang dapat menginspirasi banyak cerita menarik. Ia juga optimis terhadap masa depan industri film Asia, yang didorong oleh popularitas animasi Jepang, film noir Hong Kong, dan drama Korea. Ia meyakini, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi film-film Asia untuk memasuki pasar dunia.
Sebagai referensi, serial Parasyte: The Grey saat ini sudah tersedia di platform Netflix, sedangkan Nightmares and Daydreams karya Joko Anwar tayang perdana pada 14 Juni 2024.