Titik Kumpul – Setelah ‘All Eyes On Rafah’ menjadi trending di media sosial, masyarakat internet kini berbondong-bondong mengunduh poster dan hashtag ‘All Eyes On Rafah’. Membantu menyuarakan keinginan suku asli Papua untuk mendapatkan kembali haknya.
Poster Instagram kecerdasan buatan (AI) bertuliskan “Semua Mata Tertuju Papua” banyak dibagikan melalui fitur “tambahkan dirimu”. Salah satu poster menunjukkan hutan terpencil di lahan kering. Ingat, gambar tersebut memperlihatkan penduduk asli Papua di antara pepohonan kering.
Akun @tanyakanrl yang membuat tagar Semua Mata ke Papua meminta warga kembali menegaskan dukungannya terhadap hak-hak masyarakat Papua terhadap alih fungsi hutan adat menjadi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh kaum serakah. penguasa.
Dalam salah satu postingan AI di Instagram tertulis bahwa hutan di Papua, khususnya di Boven Digul Papua, seluas 36 ribu hektar atau lebih dari separuh wilayah Jakarta akan ditebang habis dan dijadikan perkebunan kelapa sawit. akan dibangun oleh PT Indo Asiana Lestari.
Selain berpotensi merusak hutan alam, proyek perkebunan kelapa sawit ini juga menghasilkan emisi karbon dioksida sebesar 25 juta ton. Jumlah limbah ini setara dengan porsi 5% tingkat emisi karbon pada tahun 2030. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh seluruh masyarakat Papua, namun juga seluruh dunia.
Masyarakat lokal Awyu dan Moi merupakan pihak yang paling terkena dampak dari keserakahan para pedagang dan elite. Cukuplah mereka meninggalkan hutan biasa yang telah diubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Mereka tidak ingin kehilangan hutan adat yang menjadi haknya. Mereka tinggal di sana. Hutan adalah akar kehidupan yang menyediakan segala kebutuhan sehari-hari masyarakat Awyu dan Moi. Mulai dari sumber pangan, air, dan hasil hutan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan.
Bayangkan bagaimana jadinya jika sumber pernapasan mereka kembali terputus? Di mana mereka menjalani hidup mereka?
Suku Awyu dan Moi merupakan salah satu dari ratusan suku yang tinggal di negeri Cendrawasih. Kedua suku ini mendiami beberapa wilayah di Kabupaten Papua Selatan, Mappi, dan Boven Digoel.
Mengutip Greenpeace, suku Moi banyak ditemukan di beberapa wilayah Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Sedangkan Suku Awyu tinggal di dekat Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, Sungai Digoel serta rawa-rawa dan rawa-rawa.