Jakarta, Titik Kumpul – Gangguan mental seperti depresi seringkali dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti terlalu banyak bekerja sehingga menyebabkan stres kronis. Namun, yang sering terabaikan adalah fakta bahwa beberapa makanan yang dikonsumsi setiap hari dapat menyebabkan depresi dan masalah psikologis lainnya seperti kecemasan.
Makanan memiliki pengaruh yang kuat terhadap emosi manusia. Misalnya, banyak orang yang mudah emosi dan cepat marah ketika lapar. Dan ketika Anda kenyang, perasaan baik kembali dan membawa kegembiraan. Secara khusus, gula meningkatkan risiko masalah mental, termasuk depresi. Beriklan untuk mendapatkan informasi, yuk!
“Kalau depresi, itu adalah gangguan jiwa. Misalnya gangguan jiwa ada penyebabnya selain faktor genetik, dan juga berkaitan dengan apa yang kita makan. Misalnya saja depresi karena terlalu banyak mengonsumsi gula, emosi kita bisa jadi lebih sulit dikendalikan. , jadi kemungkinan besar kita akan melakukannya depresi,” kata psikolog Mutiara Maharini di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 11 Desember 2024.
Gula ditemukan secara alami dalam karbohidrat kompleks seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Gula ditemukan dalam makanan sehari-hari seperti kue, roti, soda, permen, dll. dapat ditemukan. Penelitian menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh, seperti gula, dapat meningkatkan peradangan. Masalah polusi yang umum dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti infeksi, kanker, dan asma.
Menurut penelitian, peradangan juga berhubungan dengan depresi. Gejalanya meliputi penurunan nafsu makan, perubahan pola tidur, dan peningkatan sensitivitas nyeri. Oleh karena itu, stres adalah gejala utama dari masalah peradangan. Selain itu, tuntutan hidup yang menyebabkan ketidakstabilan emosi juga dapat menyebabkan depresi.
“Hari-hari ini banyak kebingungan atau ketidakpastian, tidak ada jalan yang benar, banyak hal yang bisa dilakukan, banyak peluang, itu hal yang baik, namun membawa kegelisahan tersendiri. keputusannya, kami senang, tapi kami khawatir banget karena takut salah mengambil keputusan, itu salah satu kekhawatirannya,” ujarnya.