Jakarta, Titik Kumpul – Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Penerapan UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 sempat menimbulkan perdebatan. Peraturan tersebut mencakup upaya peningkatan kesehatan sistem reproduksi siswa.
Anak usia sekolah harus mendapat pendidikan kesehatan reproduksi. Aturan yang bikin heboh adalah isi Pasal 103(4) tentang pemberian alat kontrasepsi bagi anak sekolah.
Boya Yahya pun menanggapi aturan yang diajukan jamaahnya. Fritz, 51 tahun, mengatakan hal pertama yang harus dilakukan Husnudzon adalah mempertimbangkan niat baik pemerintah dalam mengeluarkan Perpres tersebut.
Boya Yahya berpendapat, jika tidak memiliki pengalaman dan diskusi dengan pakar atau ahli terkait permasalahan tersebut, bukan tidak mungkin keputusan tersebut justru menimbulkan kerugian atau permasalahan baru. Salah satunya dengan mengajak para pemuka agama untuk merumuskan kebijakan dalam mengatasi permasalahan seksual pelajar.
“Mungkin kalau kita perhatikan baik-baik niat pemerintah, akan mencegah anak perempuan hamil di luar nikah, tertular AIDS dan sebagainya. Mungkin ini tujuannya,” kata Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Microsynergy.
Buya Yahya menyarankan agar para pemangku kepentingan mempelajari terlebih dahulu sejarah Indonesia untuk mengetahui penyebab utama meningkatnya hubungan suami-istri di luar nikah. Boyya Yahya mengatakan penyelesaian suatu permasalahan tidak hanya sekedar menyelesaikannya dalam satu langkah, namun harus ditemukan sumber penyebabnya. “Katakan saja airnya mengalir dan ada (bau) yang kotor. Lalu kita semprot langsung parfumnya. Sebentar wanginya memang enak, tapi kita tidak tahu kalau bau itu berasal dari bangkai-bangkai yang ada di sungai itu,” Boye menjelaskan. Yahya.
Jadi perlu melibatkan banyak pihak dalam mengambil keputusan, itu hanya keputusan besar, tambah Boya Yahya sambil mengacungkan jempol.
Buya Yahya mengatakan, program pendidikan seks sebelumnya telah dilaksanakan di Indonesia. Program pendidikan seks yang dilakukan dalam bentuk pembagian buku saku Adek Baru ini pun menuai keberatan dari masyarakat.
Buku yang dimaksudkan untuk menyebarkan pendidikan seks kepada pelajar ini dilarang pemerintah karena mendapat kritik dari para ahli kesehatan dan agama, karena ilustrasi yang digunakan dianggap tidak pantas untuk anak usia sekolah.
“Pemerintah segera menghentikan peredaran buku tersebut karena mendengar kritik dari para ahli ulama bahwa buku tersebut menampilkan gambaran yang tidak pantas tentang hubungan laki-laki dan perempuan,” kata Boya Yahya.
Sumber: dokumentasi HonestDocs
Selain itu, pemerintah juga membuat program kondom ATM untuk mencegah anak di bawah umur yang tidak sah di Indonesia. Namun program tersebut juga terhenti karena mendapat kritik dari berbagai pihak.
“Kenapa? Dampaknya berbahaya,” ujarnya.
Buya Yahya mengatakan, tujuan kondom ATM adalah agar jika seseorang berhubungan seks tidak menularkan penyakit. Namun yang gagal kita pahami adalah bahwa pihak lain bermaksud membebaskan manusia dari perzinahan.
Jika aturan serupa pernah diterapkan sebelumnya dan berdampak lebih buruk, sebaiknya aturan serupa tidak diulangi. Paling tidak, yang harus dilakukan pemerintah adalah mencari cara untuk memprediksi perzinahan, penyebaran penyakit, dan sebagainya dari berbagai sudut pandang.
“Sisi akhlaknya, sisi agamanya, sisi kesehatannya. Tidak begitu penting membahas kenapa mereka bebas berzina, kenapa mudah berzina.”
Lebih lanjut, Boye Yahya mengatakan dengan adanya aturan tersebut, bukan tidak mungkin apartemen akan berubah operasionalnya. Awalnya tujuan penggunaan alat kontrasepsi untuk menjaga kesehatan menjadi peluang penghinaan (hubungan seksual).
Buya Yahya menilai peraturan KB remaja sangat berbahaya. Sangat mungkin orang lupa keimanannya dan tidak merasa bersalah dengan dalih tidak tertular penyakit dan tidak hamil.
Awalnya wanita menolak melakukan hubungan seks sebelum menikah, namun karena godaan, mereka tidak kunjung hamil. Pada saat yang sama, orang yang awalnya takut terhadap seks kini tidak lagi takut, termasuk tidak lagi takut kepada Allah.
“Semakin mudah menyinggung, berarti akan banyak maksiat yang dibuka oleh (penguasa) ini,” kata Boyya Yahya.
Boya Yahya menegaskan, jangan sampai fatwa fiqa memaksa masyarakat untuk berbuat semaunya. Kebijaksanaan sangat diperlukan dalam menyelesaikan segala permasalahan.
“Zina dihindari, masalah penyakit menular seksual dihindari. Jangan sampai masalah kesehatan selesai, makin banyak (orang) yang berbuat zina,” imbuhnya.
Boya Yahya tak memungkiri aturan pemberian kondom memiliki nilai utilitarian. Namun, dia yakin hal itu akan menimbulkan lebih banyak kerugian. Di sana banyak yang ingin mencoba praktik pendidikan seks yang diajarkan untuk meningkatkan perzinahan dan maksiat.
“Siapa yang mau berpolitik, ingatlah Allah. Maka berkonsultasilah dengan para ahli yang berbeda, tidak hanya ahli kesehatan, tapi juga ahli akhlak dan agama harus dilibatkan dalam hal ini. bersama-sama menjadi keputusan yang kuat,” tegas Boya Yahya.