TOKYO, Titik Kumpul — Toyota, produsen mobil terbesar di dunia, melaporkan penjualan dan produksi yang lebih rendah pada bulan Oktober, menunjukkan adanya tantangan di pasar dalam negeri, Jepang, dan pasar terbesarnya di luar negeri.
Penjualan global, termasuk dari anak perusahaan Daihatsu dan Hino Motors, naik 0,4% menjadi 974.245 unit, sebuah rekor di bulan Oktober. Namun total produksi turun 1,3% menjadi 1,02 juta unit.
Dikutip dari Autoblog oleh Titik Kumpul Otomotif, Jumat 6 Desember 2024 Performa menunjukkan tantangan berkelanjutan bagi Toyota, yakni berjuang melawan kendala produksi dan melemahnya permintaan di dua pasar utama.
Meskipun penjualan di Amerika Utara naik 5,5% dibandingkan tahun lalu, penurunan tajam sebesar 9% di Tiongkok dan penurunan tajam sebesar 20% di Jepang membebani kinerja global.
Pasar otomotif Tiongkok didominasi oleh merek lokal terbesar di dunia, semakin didominasi oleh merek lokal seperti BYD yang memanfaatkan tren kendaraan listrik (EV) dengan produk inovatif dan harga kompetitif. Toyota kesulitan mengimbangi biaya produksi di Tiongkok, sehingga berkontribusi terhadap penurunan penjualan.
Booming mobil EV di China menyulitkan pabrikan Jepang yang sebelumnya mengandalkan model hybrid. Lambatnya peralihan Toyota ke mobil listrik sepenuhnya berarti mereka tidak dapat bersaing dengan pabrikan lokal yang dengan cepat meningkatkan kapasitas produksi kendaraan listrik.
Dengan semakin memburuknya situasi domestik di Jepang, Toyota menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah lemahnya permintaan mobil baru di Negeri Sakura sehingga menambah tekanan.
Meskipun Toyota mempertahankan perkiraan laba tahunan sebesar 4,3 triliun euro (Rp 442 triliun), permasalahan tersebut menunjukkan jalan yang semakin sulit di pasar domestik dan internasional.
Pesaing juga berada di bawah tekanan. Toyota bukan satu-satunya yang berada di bawah tekanan. Honda melaporkan penurunan produksi global sebesar 16% pada bulan Oktober, penurunan sebesar 46% di Tiongkok. Nissan juga mencatat penurunan produksi bulanan sebesar 6,3 persen, dengan penurunan sebesar 15 persen di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Nissan baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan memangkas 9.000 pekerja dan mengurangi kapasitas produksi sebesar 20% menyusul penurunan laba operasional sebesar 90% pada paruh pertama tahun fiskal, menjadi $214 juta (sekitar Rp 3,3 triliun).