LIVE – Kisah dibalik meninggalnya Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah telah terungkap. Kematian Nasrallah pada 27 September 2024 dikabarkan disebabkan oleh serangan yang dilancarkan Skuadron ke-69 Angkatan Udara Israel (IAF).
Nasrallah tewas dalam serangan militer Israel yang terjadi di Distrik Dahieh, Distrik Baabda, Beirut, Lebanon. Selain Nasrallah, Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, wakil operasi Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, juga tewas dalam serangan itu.
Menurut laporan Titik Kumpul Military yang dikutip Middle East Eye, serangan itu dilakukan oleh Skuadron ke-69 IAF yang bermarkas di gurun Negev di wilayah selatan Israel.
Pilot pesawat tempur yang mengebom Beirut dan membunuh Nasrallah khawatir akan konsekuensi tindakan mereka.
Tentara Israel dilaporkan mengambil bagian dalam protes anti-pemerintah terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk menentang reformasi peradilan yang mengancam mereka dengan pengadilan kejahatan perang.
Serangan udara IAF di Beirut saat itu terungkap merupakan bagian dari operasi bernama Operasi Orde Baru yang salah satu ujung tombaknya adalah Skuadron 69.
Rupanya, target awalnya bukanlah Nasrallah. Tapi, di Dewan Eksekutif Hizbullah, Hashem Safieddin. Safieddine disebut-sebut oleh pemerintah Israel sebagai calon penerus Nasrallah.
Rekaman yang dirilis oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menunjukkan delapan jet tempur General Dynamics F-16 Fighting Falcon yang dipersenjatai dengan bom penghancur gudang berbaris di Pangkalan Udara Hazterim sebelum lepas landas untuk menyerang Beirut.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah pilot yang melancarkan serangan ke Beirut berasal dari pasukan cadangan. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Komandan Pangkalan Udara Hazterim, Brigjen Amichai Levine.
“Setengah dari mereka adalah tentara cadangan dan sekitar setengah dari kombatan yang terlibat dalam operasi ini adalah tentara cadangan,” kata Levine, menurut Titik Kumpul Military dari The Jerusalem Post.