Terkuak! Ini Alasan Denny Sumargo Melontarkan Kata Siri Na Pacce ke Farhat Abbas

Jakarta, Titik Kumpul – Pertemuan Danny Sumargo dan Farhat Abbas beberapa waktu lalu masih menjadi topik yang paling banyak dibicarakan masyarakat. Salah satu pernyataan Densu yang paling sensasional adalah pernyataan siri na pacce sebelum meninggalkan kediaman Farhat.

“Baiklah kalau begitu, aku akan mengucapkan selamat tinggal pada rumah.” Sampai hari ini, saya tidak mengharapkan adanya masalah. Saya kira sudah selesai, kata Danny Sumargo.

“Saya tidak akan melangkah lebih jauh, tolong percayai kata-kata saya. Saya di sini hari ini langsung untuk membuktikannya. Saya adil, saya bukan orang yang suka banyak kekerasan,” lanjutnya.

Ungkapan umum Makassar yang berarti harga diri dan bermartabat ini menjadi pusat perhatian, karena diangkat dalam konteks pertemuan yang sangat menegangkan. Pernyataan tersebut disampaikan Danny menanggapi tantangan yang dihadapinya terhadap Farhat Abbas.

Mengetahui pidatonya sempat viral dan menimbulkan beragam reaksi, Danny Sumargo pun lantas mengeluarkan pernyataan di akun media sosialnya. Ia menjelaskan, kata siri na pacce merupakan nilai kehormatan yang dipegang teguh olehnya bagi keturunan Makassar.

Makasar dan Bugis merupakan suku persaudaraan yang mengedepankan harga diri dan menjaga kehormatan dalam berperilaku, dan menurut saya semua suku mempunyai prinsip saling menghargai dan menghormati, tulis Danny Sumargo.

Selain itu, Danny menegaskan tak ingin menyombongkan diri dan mempermalukan klan lain. Ia hanya ingin menyampaikan bahwa prinsip siri na pacce telah menjadi bagian dari dirinya dan keluarga.

“Ketika mereka bertanya siapa saya, saya menjawab dari mana saya berasal dan prinsip yang diajarkan nenek moyang saya.” “Kalau mereka tidak bertanya atau menantang saya, saya tidak berbicara seperti itu. Mohon maaf jika ada yang tersinggung, saya minta maaf karena saya bangga dengan prinsip Sirina Peche,” kata Danny.

Selain itu, Danny juga mengungkapkan bahwa nenek dari pihak ibu berasal dari Jeneponto, Sulawesi Selatan, sehingga semakin mempererat hubungannya dengan budaya Makassar.

“Nenek dari pihak ibu saya berasal dari Jeneponto, Turatea (Sulawesi Selatan),” tegas Danny.

Siri na pacce bukanlah kata asing bagi masyarakat Bugis-Makasar. Nilai ini tertanam dalam keseharian mereka dan menjadi bagian dari identitas budaya mereka.

Masyarakat Bugis-Makasar sangat menghargai rasa percaya diri dan harga diri. Mereka akan melakukan apa pun untuk melindungi nama baik keluarga dan komunitasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *