Ternyata Darah Menstruasi Bisa Sebabkan Iritasi pada Vagina

Gaya hidup VIVA. Menurut data, 7 dari 10 wanita di seluruh dunia akan mengalami vaginitis setidaknya sekali dalam hidupnya. Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang ditandai dengan rasa gatal pada vagina dan keputihan. 

Sedangkan berdasarkan data Betadine Brand Health Tracking tahun 2021-2024 ditemukan 2 dari 3 wanita di Indonesia mengeluh gatal, 3 dari 5 wanita di Indonesia mengalami keputihan, 1 dari 2 wanita mengeluh bau tidak sedap. di bidang wanita. 

Gejala-gejala ini tidak boleh diabaikan karena bisa jadi merupakan tanda awal iritasi yang jika dibiarkan bisa berkembang menjadi infeksi. Oleh karena itu, para wanita hendaknya memahami pentingnya kebiasaan menjaga kebersihan area kewanitaan, terutama saat menstruasi. Karena darah bersifat basa saat menstruasi, hal ini dapat meningkatkan pH vagina. 

“Faktanya, saat menstruasi, 72 persen wanita berisiko lebih tinggi terkena infeksi vagina saat menstruasi karena darah menstruasi bersifat basa dan dapat meningkatkan pH vagina,” kata dokter spesialis kebidanan/ginekologi Dr. Ardiansja Dara Shahruddin, SpOG, M.Kes, FICS pada konferensi pers Tetap nyaman, aktif dan sehat selama hari merah #NotA Barrier di Jakarta Pusat, Selasa 28 Mei 2024 

Ia menambahkan: “PH darah menstruasi sekitar 7. Darah menstruasi membuat suasana di vagina lebih basa. Padahal seharusnya pH vagina sedikit asam. PH asam ini membunuh mikroba abnormal. Namun jika pH vagina terlalu asam, dapat menyebabkan lecet ringan, luka, dan korosi. “Jika hewan tersebut sudah terluka dapat menyebabkan iritasi pada area genital,” ujarnya.

Untuk itu, kata dia, penting bagi perempuan untuk membangun kebiasaan menjaga kebersihan area genital setiap hari, terutama saat menstruasi, karena menstruasi berdampak besar terhadap kestabilan ekosistem vagina. Saat tanda pertama iritasi muncul, disarankan juga menggunakan antiseptik. 

Makanya diperlukan antiseptik pada luka yang potensial, bukan pada luka yang sudah terinfeksi, artinya lukanya sudah banyak dan dalam hal itu diperlukan intervensi medis, katanya.

Lebih lanjut, Adrianshah menyatakan, antiseptik ini sebaiknya hanya digunakan pada tahap awal saat gejala gatal muncul, sebagai tindakan pencegahan. Ada kekhawatiran bahwa masalah gatal pada alat kelamin wanita bersumber dari vagina. 

“Antiseptik ini sebaiknya hanya digunakan pada tahap awal sebagai tindakan pencegahan. Sebab kita belum mengetahui letak rasa gatal pada area genital tersebut dan apakah ada masalah dari dalam vagina seperti jamur. Kalau ternyata masalahnya ada di dalam vagina, kalau dicoba pakai wastafel antiseptik tidak akan ada efeknya. Kalau pertama kali gatal, gunakan untuk mencegah infeksi di area genital,” jelasnya.

Mengenai antiseptik yang digunakan, disarankan untuk memilih antiseptik yang mengandung povidone-iodine. Karena bahan ini memiliki spektrum aksi yang luas yang dapat mengembalikan keseimbangan pH dan mengembalikan flora normal dengan cepat, sehingga efektif dalam mengobati infeksi pada area genital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *