Jakarta, Titik Kumpul – Belakangan ini, kisah perselingkuhan semakin populer di media sosial. Setiap hari, cerita bermunculan, mulai dari rumor selebriti hingga kisah pribadi yang viral. Perselingkuhan menjadi topik hangat sepanjang waktu dan disukai banyak orang karena melibatkan emosi, drama, dan seringkali pengkhianatan. Tapi mengapa laki-laki tertipu?
Menurut Ustoz Ajo Bendri, sponsor @fatherman.id dan penulis “Ayah” Bendri Jaisurrahman, pengkhianatan tidak terjadi sendirian. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi pilihan pria yang selingkuh, dan seperti kata orang, “tidak ada asap jika tidak ada api”. Ketidakamanan sering kali dimulai dari hal kecil dan kemudian berubah menjadi masalah besar, apalagi jika tidak ditangani dengan baik sejak awal. Scroll untuk detailnya, yuk!
“Sekarang semua orang punya ponsel, bisa melihat postingan apa pun dan semuanya mudah diakses,” kata Guru Ajo dalam podcast Untung Mau Tahu di channel YouTube Untungs Stories, seperti dikutip Jumat, 8 November 2024.
Media sosial seolah memberikan ruang terbuka untuk berkomunikasi dengan semua orang. Pesan sampah seringkali berisi beragam konten yang sulit dihindari, mulai dari gambar hingga cerita pribadi yang menarik. Meski awalnya hanya sekedar iseng atau kebetulan, namun perlahan-lahan konten tersebut bisa menggoyahkan loyalitas seseorang.
Namun faktor eksternal hanyalah satu sisi dari jaringan sosial. Di balik hal tersebut ada faktor internal, seperti ketidakpercayaan atau ketidakpercayaan yang muncul dalam keluarga. Banyak perempuan, terutama perempuan, yang tidak percaya pada suaminya karena banyaknya laporan perselingkuhan. Kecurigaan suami dan tuduhan yang berulang-ulang bisa membuat suami tidak nyaman.
“Kalau suami terus menerus menyalahkannya, padahal dia tidak melakukannya, lama-kelamaan dia berkata, “Kalau dia menyalahkan saya, kenapa saya tidak melakukannya sekaligus?”. timbul ide”, jelas Guru Ajo.
Situasi ini, yang diawali dengan kecurigaan yang tidak berdasar, justru bisa menjadi bumerang dan menimbulkan rasa tidak aman yang nyata.
Selain itu, keinginan akan kemesraan seringkali muncul dari keinginan pribadi yang tidak terpenuhi di rumah. Meski beberapa pria mencoba untuk berbicara bersama atau mencari solusi, mereka merasa ada beberapa hal yang mereka cari namun hilang dari pasangannya. Akhirnya, sang pria mulai mencari seseorang yang bisa melengkapi majikannya, bahkan lebih baik dari istrinya.
“Banyak yang istrinya cantik dan cerdas, namun hubungannya tidak lebih dari istrinya dan mereka selingkuh. “Ini menunjukkan bahwa terkadang ketidaksetiaan itu tidak masuk akal,” tambah Guru Ajo.
Menurut Utaz, hal ini menunjukkan bahwa rasa tidak aman bukan sekadar rasa putus asa, melainkan perasaan hampa yang coba diisi dengan cara yang salah.
Percikan kecil dimulai dengan keintiman emosional yang tampaknya normal dan awalnya melihat lawan jenis sebagai teman untuk curhat atau diajak bicara, tetapi seiring berjalannya waktu hubungan tersebut menjadi lebih kuat. Obrolan ringan mendatangkan rasa nyaman. Ustoz Ajo menyebut hal itu sebagai jebakan intim, yang membuat laki-laki lebih tertarik dan berujung pada perbuatan tercela.