Titik Kumpul – Militer Indonesia telah membangun markas baru di Papua tengah. Markas besarnya dibangun di Nabiri, di tepi Teluk Sundaravasya.
Markas baru dibangun untuk digunakan oleh Commando Military Restaurant (CORM) 173 / Praja Veera Barja yang dipindahkan dari Bek Nampur.
Berdasarkan keterangan resmi Kodam Cenderawasih, Titik Kumpul Militer, Rabu 30 Oktober 2024, sejak kemarin markas baru resmi menjadi Makorem 173 / PVB yang saat ini dikomandani Brigjen TNI Frits William Razard Palamonia.
Peresmian Markas Korum 173, Pangdam Sendarawasiya Mayjen TNI Rudy Poravito mengatakan relokasi Markas Korum merupakan upaya peningkatan kapasitas dan kemampuan pertahanan TNI di wilayah Papua.
Selain itu, ia juga meminta peningkatan peran Corum dalam mendukung pesatnya pembangunan kesejahteraan masyarakat di Papua Tengah.
Untuk menunjang tercapainya seluruh tujuan, peralihan komando juga dilakukan oleh pengontrol. Oleh karena itu, banyak kode yang mengubah otoritas yang lebih tinggi. Seperti Kodim 1708/Biak Numfor dan Kodim 1709/Yawa yang semula berada di bawah kendali Korem 173/PVB berpindah ke Korem 172/Praja Vira Yakti.
Kemudian Kodim 1710/Mimika yang dahulu berada di bawah kendali Korem 172/PWY kini dipindahkan ke Korem 173/PVB.
Seperti diketahui, jika berbicara pertahanan negara, tentu ada baiknya jika markas Korem 173/PVB dipindahkan ke pesisir Teluk Asia Tengah. Bagaimanapun, Teluk Chenderavashih telah menjadi salah satu wilayah perairan penting yang diperebutkan oleh orang asing sejak zaman kuno.
Setahun sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1944, terjadi perang besar di Teluk Sandarawasih. Saat itu namanya masih Geelvinkbaai. Pertempuran ini masih merupakan bagian dari rangkaian Perang Dunia II alias Perang Dunia II.
Di teluk ini terjadi pertempuran sengit antara tentara dua negara asing yaitu Kekaisaran Jepang dan Amerika Serikat yang mengakibatkan lebih dari 5.000 tentara kedua negara tewas.
Saat itu, Angkatan Darat AS menugaskan 12.000 Marinir ke Komando Pasifik Barat Daya pimpinan Jenderal Douglas MacArthur untuk menyerang Jepang, sedangkan Angkatan Darat Jepang membalas dengan 11.000 Marinir di bawah komando Kolonel Nayuki Kozume.
Dalam perang yang super intens dan sengit tersebut, Amerika akhirnya berhasil merebut wilayah tersebut. Tidak hanya Jepang yang kehilangan ribuan prajuritnya, namun sang jenderal, Laksamana Muda Sadatoshi Senda, Panglima Divisi Marinir Angkatan Laut Jepang, tewas dalam pertempuran tersebut, dan yang paling menyedihkan adalah menghancurkan AS, Kolonel. Naoyuki Kuzume memutuskan untuk bunuh diri.
Baca: Siapa Sangka Pria Berjaket Hitam di Bandara Joynda Ternyata Jenderal TNI Bintang Tiga?