Jakarta – Toyota sedang mempertimbangkan mobil hybrid dan cara lain untuk mengurangi emisi sebelum hanya menggunakan kendaraan listrik, namun hal tersebut tidak sependapat dengan CEO Presiden, Moeldoko.
Moeldoko, Ketua Persatuan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), percaya bahwa hibrida menghasilkan lebih sedikit emisi dan menggunakan bahan bakar yang berbeda dibandingkan BEV (kendaraan listrik).
Purnawirawan Panglima TNI ini mengatakan, tidak ada salahnya jika pemerintah terburu-buru memberikan subsidi pada mobil hybrid, kalaupun dilakukan, ia khawatir akan menghambat pengembangan kendaraan listrik.
Sementara itu, PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai pabrikan besar di Indonesia punya ide lain, mobil hybrid sebaiknya diberi tenaga agar harganya bagus dan bisa digunakan keluarga luas.
Selain itu, tidak perlu khawatir menggunakan mobil dengan kedua sumber tenaga tersebut dalam infrastruktur yang terbatas. Selain itu, sistem kelistrikan rumah harus cukup besar untuk mengisi daya peredam kejut mobil.
Anton Jimi Suandi, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra, menilai peran pemerintah sangat penting dalam mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca, salah satunya dengan mendorong pembuatan mobil hybrid yang lebih murah.
Dukungan kemitraan seperti pembiayaan merupakan salah satu cara percepatan teknologi untuk menurunkan harga mobil, kata Anton di Titik Kumpul Otomotif, Jumat, 10 Mei 2024.
Menurutnya, jika bisa dilakukan dengan biaya murah seperti yang diterapkan di Thailand, maka akan lebih banyak orang yang berdonasi dan berkontribusi dalam penurunan emisi atau pengurangan konsumsi bahan bakar, karena mobil hybrid cenderung lebih irit.
“Kami juga yakin penekanan pada hybrid tidak akan mempengaruhi jenis BEV (kendaraan listrik) karena setiap teknologi memiliki profil konsumen yang berbeda-beda,” lanjut Anton.
Menurutnya, masih banyak cara lain untuk mencapai netralitas karbon yang menjadi tujuan pemerintah pada tahun 2060, dan Toyota menawarkan pilihan berbeda mulai dari HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), BEV, hingga hidrogen. .
“Keberagaman ini memberikan peluang bagi banyak orang dengan kebutuhan perjalanan berbeda untuk berkontribusi mengurangi emisi dengan menggunakan kendaraan ramah lingkungan,” kata Anton.
Seperti diketahui, pengguna mobil hybrid tidak perlu khawatir dengan infrastruktur. Sedangkan semua mobil listrik tidak bisa diisi dayanya di rumah karena membutuhkan banyak energi.
Saat ini pemerintah hanya memberikan subsidi pada kendaraan listrik, baik di kawasan CBU (completely built) maupun di sekitarnya. Faktanya, harga BEV lebih murah dibandingkan kendaraan hybrid.
MG VS HEV termurah dijual Rp 389 jutaan, diurutan kedua ada Yaris Cross HEV seharga Rp 440,600 jutaan. Sedangkan harga mobil listrik mulai Rp 189 jutaan yaitu Air ev Lite, Seres E1 Rp 200 jutaan, Air ev, dan Neta V-II.