Jakarta – Sebanyak 27 atlet dipastikan mewakili Indonesia di Olimpiade Paris 2024. NOK Indonesia dan tim chef de Mission bersiap berangkat sambil merogoh kocek para atlet.
Sekretaris Jenderal NOC Indonesia Wijaya Noeradi mengatakan Olimpiade Paris 2024 masih berada di kantong para atlet pada pertandingan terakhir. Namun dana tersebut tetap akan dikoordinasikan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Vijaya Noeradi mengatakan, “Sekarang kita sedang menyelesaikan pekerjaan dua puluh tujuh atlet ini. Jadi kita sudah berikan jumlah atletnya, tinggal mengisi jumlah akhir dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Kita berharap selanjutnya bisa selesai. pekan.”
“Uang yang masuk ke kantong kita tergantung pemerintah. Makanya kita ikuti pemerintah. Tapi di Paris tidak murah dan mudah. Hotel-hotel sudah penuh,” ujarnya.
Diakui Noeradi, menganggarkan dana untuk para atlet Olimpiade Paris tidaklah mudah. Sebab ada beberapa cabor yang pemusatan latihannya terlebih dahulu di Eropa.
“Juga ada kendala karena ada beberapa gelar pelatnas di Eropa sebelum masuk ke kota atlet di Paris. Jadi sebagian uangnya berasal dari pelatnas dan sebagian dari kami.”
Belum lagi politik yang menampung atlet pedesaan. Dimana tidak disediakan pendingin ruangan (AC) karena faktor lingkungan.
NOK Indonesia tidak mau mempertandingkan olahraga dalam kondisi seperti itu karena dapat merugikan atlet lain. Itu sebabnya mereka ingin menawarkan penyembuhan diri.
“Banyak negara yang meragukan hal ini, karena suhunya bisa mencapai 40 derajat. Sekarang kita minta izin untuk memasang AC atau alat pendingin. Katanya suhu udara akan turun 10 derajat dari suhu luar, tapi kita tidak mau mengambil risiko. itu, dan kami ingin memasang AC di setiap ruangan atlet” – katanya.
Noeradi mengucapkan terima kasih kepada tim CdM yang terus mengkoordinasikan kebutuhan para atlet. NOC Indonesia ingin para atlet yang bertanding mendapat dukungan sebanyak-banyaknya di Paris.
“Dari pihak kami akan memberikan pelayanan yang terbaik, termasuk tenaga medis. Misalnya saja fisioterapis di lapangan atau di kampung atlet.”