JAKARTA – Di era modern saat ini banyak bermunculan ide-ide baru, salah satunya adalah pengembangan perlengkapan salat seperti sajadah. Maka tak heran jika kini Anda banyak menjumpai sajadah yang berbahan tebal dan empuk.
Meski demikian, kehadiran sajadah dengan ciri khas tersebut bukannya tanpa kontroversi. Sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan sajadah yang lebih tebal dan lembut dapat mengurangi makna sujud yang mendalam.
Menanggapi hal tersebut, pendakwah kondang Ustaz Adi Hidayat (UAH) mewanti-wanti umat Islam agar tidak menggunakan sajadah yang terlalu empuk atau terlalu tebal saat salat. Menurutnya, hal tersebut dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.
“Hati-hati ingat, saya ingatkan, asalkan tidak terlalu empuk itu bagus,” kata UAH di YouTube KAWAN INSAF Selasa, 7 Mei 2024.
UAH kembali menegaskan, Rasulullah SAW melarang umat Islam berdiam diri di atas tanah yang terlalu lunak, seperti bantal.
“Saat ini ada sajadah yang terlihat mewah namun nyatanya tidak bisa dijadikan tempat rukuk,” ujarnya.
Menurut dia, sajadah yang terlalu empuk dapat menimbulkan pembatas antara bintang dan tempat tinggal almarhum sehingga tidak menempel sempurna.
“Nabi bersabda, kalau mendaftar, tempelkan dengan sempurna. Sehingga terasa ada yang menempel di antara dahi dan tempat sujud,” imbuhnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, dalam beberapa penelitian ilmiah juga ditemukan adanya tempat di antara alis atau tepatnya di kawasan bintang yang sangat baik untuk menempel pada tempat kehancuran. Menurutnya, jika titik akupunktur menempel sempurna pada tempat sujud maka akan memberikan dampak positif bagi tubuh.
Terakhir, UAH juga menyampaikan mantra Ibnu Abbas yang berbunyi: “Aku disuruh mendaftar dengan tujuh anggota badan yang melekat.”
UAH kemudian berpesan, selain dahi, beberapa bagian tubuh juga harus menempel sempurna saat sujud, yakni telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jari di telapak kaki.